Din Yakin Ivermectin Bisa Jadi Obat Pasien COVID-19, Minta Pemerintah Kaji

25 Juli 2021 23:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof. Din Syamsuddin memberi remarks pada World Ivermectin Day secara virtual, 25-7-21. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Prof. Din Syamsuddin memberi remarks pada World Ivermectin Day secara virtual, 25-7-21. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu, Din Syamsuddin, ikut hadir secara virtual dalam kegiatan World Ivermectin Day pada Minggu (25/7).
ADVERTISEMENT
Dalam acara itu, Din meyakini ivermectin dapat menjadi obat untuk pasien COVID-19. Din bukan tanpa alasan menyatakan hal tersebut.
Din mengatakan, dirinya sudah membaca berbagai tulisan dari para ahli dan mendengar presentasi Dr. Pierre Kory selaku Chief Medical Officer of FLCCC Alliance, Amerika Serikat, terkait Ivermectin.
"Sebagai seorang bukan ahli kesehatan saya meyakini bahwa obat yang ramai dibahas terakhir ini (ivermectin) adalah obat yang dapat menjadi optional use atau pilihan untuk menyembuhkan pasien terpapar COVID-19," kata Din dalam keterangannya.
"Penjelasan Dr. Pierre Kory di depan Senat Amerika Serikat sungguh meyakinkan dan mempengaruhi kebijakan kesehatan Amerika Serikat untuk menggunakan ivermectin. Juga India yang setelah menggunakan ivermectin angka penderita COVID-19 akibat Varian Delta turun drastis," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Din kemudian langsung mengaitkan hal ini dengan hadits dari Nabi Muhammad SAW yaitu bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya.
Din menuturkan, memang ivermectin sudah dikembangkan sejak 40 tahun yang lalu oleh dua peraih Nobel yakni Prof. William Campbell dan Prof. Otoshi Omura.
Tetapi dasar ilmiah (scientific base) dan uji coba ivermectin untuk pasien COVID-19 di beberapa negara, meyakinkan bahwa ivermectin adalah solusi terhadap masalah pandemi COVID-19.
"Sehubungan dengan itu, saya mendorong para pakar kedokteran/kesehatan Indonesia untuk mengkajinya secara mendalam, kritis dan objektif. Dan kepada Pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan penggunaan ivermectin sebagai pengganti vaksin yang ternyata belum dapat mengatasi dan memotong mata rantai persebaran COVID-19," tutur Din.
Ilustrasi IVERMECTIN, obat cacingan yang disebut-sebut efektif mengatasi COVID-19. Foto: Shutter Stock
Din mengatakan, harga ivermectin juga jauh lebih murah yaitu sekitar USD 3 cents atau sekitar Rp 500. Sehingga negara bisa berhemat besar dari anggaran vaksinasi yang sangat besar.
ADVERTISEMENT
"Saya tergerak untuk mengusulkan ivermectin sebagai solusi tiada lain kecuali untuk kemaslahatan bangsa. Karena pil ivermectin juga dapat dikonsumsi sebagai upaya pencegahan, maka saya sendiri memakainya," ucap Din.
Lebih lanjut, Din berharap Pemerintah Indonesia dapat memudahkan prosedur dan proses diizinkannya bantuan 100 ribu (bagian dari rencana 1 juta) pil Ivermectin dari luar negeri kepada Muhammadiyah. Sebab barang tersebut sudah sebulan lebih tiba di Bandara Soekarno Hatta tetapi belum dapat keluar.
"Saya mendapat konfirmasi bahwa pihak Muhammadiyah akan menyalurkan obat tersebut melalui seratusan Rumah Sakit Muhammadiyah yang menangani pasien COVID-19," kata Din.
"Kiranya Pemerintah memudahkan upaya organisasi masyarakat untuk menyehatkan kehidupan bangsa," tutup Din Syamsuddin.
Di Indonesia, penggunaan ivermectin masih menimbulkan pro kontra. Meski demikian, BPOM telah memberikan izin penggunaan dalam uji klinik dan penggunaan di luar uji klinik jika diperlukan dalam kondisi darurat. BPOM belum mengeluarkan izin edar darurat (EUA) untuk obat antiparasit (obat cacing) ini.
ADVERTISEMENT