Dinkes Jateng soal Corona Pecah Rekor: No Test No Case, More Test More Case

20 Juli 2020 19:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi positif terkena virus corona.
 Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mengumumkan terjadi lonjakan kasus penularan virus corona di Jawa Tengah pada Senin (20/7). Tercatat ada penambahan 354 kasus baru hari ini dan menjadi rekor penambahan kasus harian tertinggi.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, dr Yulianto Prabowo, mengatakan salah satu faktor utama terjadi peningkatan kasus positif karena tes masif yang terus digencarkan oleh pemerintah baik provinsi maupun daerah.
“(Sebabnya) Terjadi peningkatan tes luar biasa. Dibanding minggu sebelumnya,” kata Yulianto, Senin (20/7).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dr Yulianto Prabowo. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Yulianto menjelaskan, sebelumnya tes massif PCR bisa sampai 3.000 tes dalam seminggu. Namun kini, kata dia, 3.000 tes dikerjakan dalam satu hari.
“Dengan banyaknya tes, kita ketahui (yang positif). Jadi no test no case, more test more case,” ujar Yulianto.
Meski begitu, Yulianto menegaskan, tes masif yang dilakukan juga harus dibarengi dengan penanganan yang baik. Yulianto menerangkan, 3T yakni Test, Tracing dan Treatment.
“Kita 3T harus lengkap. Jangan lupa, treatment harus lebih bagus lagi. Pembatasan kegiatan masyarakat, Physical distancing, APD, kebiasaan cuci tangan pake sabun, tingkatkan imunitas. Kita punya Jogo Tonggo, tingkat RW, catat penduduk. Komorbid dicatat, diamankan. Di tingkat RW. Semacam karantina. Pemberdayaan masyarakat,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Yulianto menerangkan, soal klaster, tidak lagi hal utama yang perlu diperhatikan. Namun, protokol kesehatan yang harus dilaksanakan dengan disiplin yang tinggi.
“Klaster kesehatan, kegiatan masyarakat, petugas, aparat dan sebagainya. Kita ini pakai masker kadang-kadang belum baik. Pas ngomong (maskernya) malah dibuka, percuma. Diam pakai, ngomong dibuka. Walaupun beberapa detik. Kadang-kadang seperti itu,” tutur Yulianto.