Dinkes Semarang Sempat Pantau Kesehatan Keluarga Suspect Corona yang Meninggal

26 Februari 2020 19:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Medik & Keperawatan, dr. Agoes Oerip Purwoko, SpOG(K), MARS (kanan) dan Ka Dinkes Kota Semarang , dr. M. Abdul Hakam, SpPD (tengah). Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Medik & Keperawatan, dr. Agoes Oerip Purwoko, SpOG(K), MARS (kanan) dan Ka Dinkes Kota Semarang , dr. M. Abdul Hakam, SpPD (tengah). Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Keluarga pasien suspect virus corona yang meninggal di RSUP dr. Kariadi Semarang sempat mendapatkan perlakuan khusus oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam menjelaskan, keluarga pasien tersebut ada di Kota Semarang dan luar kota. Saat berada di Kota Semarang, keluarga pasien sempat dipantau kesehatannya.
"Yang kita lakukan sejak tanggal 13 (Februari) kita pantau sama keluarganya. Hari ini hari terakhir, tidak ada yang gejala batuk atau sesak napas. Keluarga di Semarang dan luar kota terutama di Semarang yang jadi pantauan kita, alhamdulillah tidak ada gejala yang ditemukan," kata Abdul di RSUP dr.Kariadi Semarang, Rabu (26/2).
Abdul mengatakan, langkah tersebut dilakukan karena pada saat pasien masih dirawat belum muncul hasil tes apakah pasien terinfeksi virus corona (COVID-19) atau tidak.
"Hasil lab menyatakan COVID-19 negatif. Mungkin ini bisa mencerahkan kepada masyarakat sekitar. Warga juga sebelumnya resah. Ini (hasilnya) sudah clear dan tidak meresahkan," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Pasien tersebut masuk ke RSUP dr. Kariadi Semarang tanggal 19 Februari 2020 dengan keluhan demam, batuk, dan gangguan pernapasan. Tanggal 23 Februari 2020 pasien meninggal dan hasil laboratorium dari Litbangkes Kemenkes RI belum keluar sehingga dilakukan penanganan layaknya positif corona. Setelah hasil keluar, ternyata dinyatakan negatif corona.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP dr. kariadi Semarang, dr. Agoes Poerwoko, SpOG(K), MARS mengatakan, pasien secara klinis masuk pada kategori dalam pengawasan.
Musababnya, karena pasien tersebut memiliki riwayat perjalanan luar negeri dan mengalami gejala demam, batuk, sesak napas bahkan gangguan pernapasan berat.
"Pasien dalam pengawasan dilakukan pemeriksaan sesuai arahan Kementerian Kesehatan dan pemeriksaan penunjang untuk cari penyebab adakah infeksi virus corona," kata Agoes.
ADVERTISEMENT
Agoes menjelaskan, proses paling berat memang ketika harus mengedukasi keluarga terkait perlakuan yang harus dilakukan terhadap pasien tersebut. Namun keluarga pasien memahami dan mengerti.
"Ini yang paling sulit, tidak boleh mendampingi keluarga yang lagi sakit, termasuk saat pemulasaran jenazah," katanya.