Doa Menyentuh Cak Nun untuk 100 Dokter yang Wafat Akibat Corona

3 September 2020 0:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Emha Ainun Najib alias Cak Nun berbicara di acara temu awak media. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Emha Ainun Najib alias Cak Nun berbicara di acara temu awak media. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Baru enam bulan pandemi corona masuk Indonesia, sudah ada 100 dokter meninggal dunia. Ratusan pejuang medis gugur saat bertugas di garda terdepan.
ADVERTISEMENT
Duka mendalam disampaikan Emha Ainun Nadjib. Cak Nun, sapaan akrabnya, takjub akan jasa tenaga kesehatan yang rela mati-matian 24 jam berjuang di tengah pandemi.
"Kepada saudara-saudara, sahabat sahabat saya para dokter, serta semua tenaga kesehatan di seluruh Indonesia, saya adalah pengagum Anda semua. Saya tidak mampu membayangkan betapa beratnya tugas Anda sehari-hari, 24 jam, saya tidak mungkin punya kemampuan untuk berjuang sebagaimana Anda," ujar Cak Nun dalam Doa Bersama dan Hening Cipta untuk Keselamatan Dokter Indonesia secara virtual, Rabu (2/9).
Petugas medis mengenakan baju Alat Pelindung Diri (APD) di ruang isolasi Rumah Sakit rujukan khusus pasien COVID-19 Martha Friska di Medan, Sumatera Utara. Foto: ANTARA FOTO/Septianda Perdana
Cak Nun membacakan doa yang sangat menyentuh. Ulama sekaligus budayawan itu mendoakan para dokter yang sedang berjuang, mendoakan kesehatan masyarakat Indonesia, juga meminta Tuhan agar dunia diberi ekstra ketabahan untuk menghadapi pandemi.
ADVERTISEMENT
Berikut munajat Cak Nun:
Maka saya sangat takjub kepada perjuangan Anda. Seandainya saya adalah orang yang cukup dekat dengan Tuhan, serta yang penting, kalau seandainya Tuhan cukup dekat dengan saya, maka nama-nama Andalah yang akan saya sebut kepada beliau, kepada Allah untuk memohon kekuatan, ketabahan dan keawetan hidup, pengayoman dan kasih sayang.
Anda, para dokter dan tenakes, dalam mujahiddin fisabilillah, Anda-anda yang sudah dipanggil Allah adalah syuhada fijannatillah, para dokter yang sudah dipanggil Allah, bukan hanya masuk surga, tapi diletakkan di tempat yang tertinggi dan terindah di surga.
Wong yang sakit, yang meninggal saja masuk surga, insyallah para dokter juga ditempatkan di tempat yang paling mulia, tinggi dan indah.
ADVERTISEMENT
Wahai Tuhan, kami umat manusia sedunia, sedang ditimpa oleh semacam kengerian, sehingga kami bersembunyi di rumah masing-masing, berlindung di dalam jarak, serta mengumpat dii balik masker-masker.
Kami sedang mengalami kesengsaraan yang belum pernah kami alami sebelumnya. Yang kami tidak mengerti kapan batas akhirnya.
Kami mengalami serbuan massal yang ilmu kami tidak sanggup mengantisipasinya. Kami sedang menjalani peperangan akbar, yang teknologi kami belum mencukupi untuk mempertahankan diri.
Wahai Tuhan, kami adalah makhluk logika. Namun, kurang mengakar dan setengah-setengah mendayagunakannya.
Yang menjalani hidup tanpa berpedoman dengan penciptanya. Tuhan tidak menjadi mindset pikiran kami. Kami adalah makhluk tanpa akal dan rasio yang membangun peradaban tanpa pondasi yang kau sediakan.
ADVERTISEMENT
Kami adalah mesin yang bekerja dan berputar di luar aturan pabriknya, sehingga hidup kami dipenuhi dengan ketidaktepatan dalam memilih jalan hidup, melenceng memilih tujuan hidup, tidak bijak memilih makanan, tidak mizan memilih tayangan, rabun memilih pemimpin, membabi buta memilih panutan, tidak presisi memilih nada dan irama.
Kami tidak akan terpapar kesengsaraan global ini andaikan kami adalah makhluk yang tahu diri. Kami tak akan mengalami derita badan, derita hati, derita pikiran serta derita ekonomi dan silaturahmi, andaikan kami ini adalah manusia yang menjalani kehidupan sebagaimana konsepMu, tatkala dulu menciptakan kami semua.
Andaikan kami adalah hambaMu yang ahsanul taqwim, andaikan kami adalah khalifahMu yang cerdas karena kerendahan hati.
ADVERTISEMENT
Wahai Tuhan yang maha mengendalikan dan mengayomi segala yang besar sejagat raya, maupun yang lebih kecil dari virus, kami tidak sanggup merumuskan apakahCOVID-19 ini terkait dengan-- tapi kami juga tidak berani menyimpulkan bahwa wabah sebumi ini pagebluk dunia dan pandemi global ini, tidak ada hubungannya denganMu.
Engkaulah yang Maha Kepastian sedangkan kami hidup di semesta kemungkinan, di jagat raya prasangka dan kira-kira. Seluruh kesombongan di hadapan kami ini, kebijakannya hanyalah asumsi, duga-duga dan hipotesis, yang dengan angkuh kami menyebutnya sebagai ilmu dan pengetahuan.
Wahai Tuhan, mungkin COVID-19 ini adalah cobaan dariMu untuk menguji sistem nilai-nilai di dalam ilmu kami. Mungkin COVID-19 ini adalah peringatan dariMu agar kami bercermin wajah kami, wajah kehidupan yang selalim-lalimnya, wajah peradaban yang sedungu-dungunya.
ADVERTISEMENT
Mungkin COVID-19 ini adalah rezeki dan berkah dariMu, yang Kau sembunyikan dari sesuatu yang menyengsarakan, tapi muatannya adalah cinta dan berkah. Apabila kami berhasil menghadapinya dengan khidmat dan kebijaksanaan.
Tapi mungkin COVID-19 ini adalah hukuman dariMu atas kelalaian dan sikap acuh tak acuh kami semua kepadaMu, kami tidak bisa melihat posisiMu dalam peta urusan COVID-19 ini.
Kami juga tidak berupaya mengidentifikasi apa perananMu, apa fungsiMu, kami tidak bekerja sama untuk merumuskan cinta dan amarahMu.
Wahai Tuhan, bahkan Engkau mengajarkan kehidupan, bahwa kehidupan adalah perjodohan. Sehat tidak cukup harus sehat walafiat, sehat adalah fakultasnya, alfiat adalah universitasnya.
Tentang fakultas dan universitas, kami terpecah-pecah, sehingga yang dilakukan pemerintah kami hanyalah salah satu saja dari kepingan-kepingan ilmu. Maka sampai hari ini, semua tindakan yang kami putuskan, bukannya menenteramkan tetapi malah membingungkan.
ADVERTISEMENT
Ilmu kami terlalu sempit untuk sanggup memahami sangkan paran COVID-19. Kami belum mampu menolong rakyat kami secara keseluruhan. Bahkan kami juga tidak mengerti sampai kapan kami masih berbuat sesuatu untuk rakyat kami, bahkan belum tahu sampai kapan kami tidak maksimal berbuat sesuatu untuk ketenangan mereka.
Wahai Tuhan, taubat saja tidak cukup, Engkau mengatakan harus taubat nasuha, taubat pada kesendiriannya, nasuha pada kebersamaannya.
Produk kedunguan adalah kelaliman dan puncak kelaliman adalah kedunguan. Semaju-maju peradaban manusia, secara finalnya adalah engkau tidak murka kepada manusia.
Ya Allah, sesengsara apapun hidup kami oleh sakit ini, asalkan itu kehendakMu, dan Engkau tidak marah kepada kami, maka kami akan jalani dengan tetap mempertahankan cinta kami kepadaMu.
ADVERTISEMENT
Setinggi-tinggi teknologi, semeriah-meriah pasar bebas, secanggih-canggih pencapaian hidup, seefektif-efektif komunikasi di antara kami, kalau tidak --walaupun kufur-- Engkau mengampuni kesalahan-kesalahan kami, maka semester terakhir hidup kami hanyalah kehancuran.
Wahai Tuhan, Wahai yang Maha Menghadirkan, andaikan kami meminta kesembuhan, kami pasrahkan kesembuhan itu menurut pandanganMu, bukan menurut konsep menurut ilmu kami.
Bahwa obat-obat dan segala jenis penawar itu telah Engkau taburkan, di sekitar kami, di halaman kami, di kebun kami, tapi kami mempersempit cakrawala itu dengan prasangka ilmu kami, dengan kepentingan golongan kami.
Maka wahai Tuhan, yang kami butuhkan sekarang bukanlah pengurangan beban dan kesengsaraan, yang kami perlukan penambahan ketabahan dan kekuatan.
Maka, keselamatan kami semua adalah--termasuk para dokter dan tenaga kesehatan yang jasanya luar biasa, hanya kasih sayang dan kemurahanMu yang bisa memenuhinya. Keselamatan bangsa dan rakyat Indonesia, keselamatan semua dokter dan kesehatan hanya semata-mata di kasih sayangMu, ya, Allah.
ADVERTISEMENT
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***