Dokumen Rahasia AS Lagi-lagi Bocor, Terungkap Mata-matai Sekjen PBB

13 April 2023 15:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekjen PBB Antonio Guterres mengunjungi kota Borodianka, Kiev, Ukraina, Kamis (28/4).  Foto: Gleb Garanich/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen PBB Antonio Guterres mengunjungi kota Borodianka, Kiev, Ukraina, Kamis (28/4). Foto: Gleb Garanich/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serangkaian kebocoran dokumen rahasia milik Amerika Serikat di dunia maya masih berlanjut.
ADVERTISEMENT
Terbaru, terungkap bahwa Washington menilai Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bertindak terlalu terbuka dalam mengakomodasi kepentingan Rusia ketika sedang membahas soal upaya perdamaian dengan Ukraina.
Dikutip dari BBC, dokumen-dokumen rahasia terbaru ini salah satunya mencakup pengamatan dan pendapat jujur dari Guterres mengenai perang antara Rusia dan Ukraina.
Selain itu, turut terkuak bahwa AS selama ini telah mengawasi keberadaan Guterres secara signifikan — termasuk percakapan pribadi dengan wakilnya, Amina Mohammed, terkait sejumlah isu.
Salah satu dokumen rahasia yang bocor berfokus pada perjanjian ekspor produk pertanian melalui Laut Hitam antara Moskow dan Kiev.
Kesepakatan yang ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli 2022 itu dibuat menyusul kekhawatiran akan terjadinya krisis pangan global akibat perang yang menghambat pergerakan kapal.
ADVERTISEMENT
Dalam dokumen rahasia itu dikatakan bahwa Guterres sangat ingin agar kesepakatan ekspor pangan antara PBB, Turki, Rusia, dan Ukraina tetap dipertahankan. Sehingga, mantan PM Portugal itu bersedia mengakomodasi kepentingan Moskow — yang secara terbuka ditentang oleh Kiev.
“Guterres menekankan upayanya untuk meningkatkan kemampuan Rusia untuk mengekspor, bahkan jika itu melibatkan entitas atau individu Rusia yang terkena sanksi,” bunyi dokumen rahasia tersebut.

PBB Tak Suka Interpretasi AS terhadap Guterres

Tindakan Guterres, sambung penilaian dokumen itu, telah merusak upaya yang lebih luas untuk meminta pertanggungjawaban Moskow atas tindakannya di Ukraina.
Terkait hal itu, para pejabat PBB mengaku tidak senang atas interpretasi AS terhadap upaya Guterres.
Mereka berargumen, Guterres telah sangat jelas memperlihatkan penolakannya terhadap agresi Rusia. Para pejabat PBB juga menentang anggapan AS bahwa Guterres bersikap ‘lunak’ atau seperti ‘berpihak’ kepada Moskow.
ADVERTISEMENT
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menghadiri upacara penandatanganan di Istanbul, Turki, Jumat (22/7/2022). Foto: Murat Cetinmuhurdar/Handout via REUTERS
Menurut salah seorang pejabat senior PBB, tindakan Guterres mencerminkan upaya PBB yang terdorong oleh desakan mengurangi dampak negatif perang terhadap negara-negara termiskin di dunia — bukan berarti bersikap lunak.
“Itu berarti melakukan apa yang kami bisa untuk menurunkan harga pangan dan memastikan bahwa pupuk dapat diakses oleh negara-negara yang paling membutuhkannya,” jelas pejabat yang enggan disebutkan namanya itu.
Selain itu, dokumen rahasia lain yang diperoleh dari pertengahan Februari juga mencantumkan transkrip percakapan pribadi antara Guterres dan Amina.
Dalam percakapan itu, Guterres kepada Amina mengungkapkan kekecewaannya atas seruan dari Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang mendesak agar Eropa dapat memproduksi lebih banyak senjata dan amunisi untuk diberikan dalam perang di Ukraina.
ADVERTISEMENT
Adapun kebocoran dokumen rahasia soal kesepakatan ekspor pangan ini merupakan yang terbaru dari serangkaian insiden serupa lainnya — saat ini otoritas AS sedang berusaha keras untuk mencari tahu.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, pada Rabu (12/4) mengatakan bahwa pemerintah Washington sedang berusaha keras menelusuri penyebab kebocoran dokumen rahasia tersebut.
“Ini adalah serangkaian kebocoran yang berbahaya. Kami tidak tahu siapa yang bertanggung jawab, kami tidak tahu mengapa. Dan kami sedang menilai implikasi keamanan nasional, dan saat ini juga sedang dilakukan investigasi kriminal,” ungkap Kirby.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menghadiri upacara penandatanganan di Istanbul, Turki, Jumat (22/7/2022). Foto: Umit Bektas/REUTERS
“Kami ingin mengetahui penyebabnya, kami ingin mencari tahu siapa yang melakukan ini dan mengapa,” sambung dia.
Kirby menambahkan, meski keaslian dokumen rahasia yang dimaksud belum dapat dipastikan — tetapi besar kemungkinan berasal dari berbagai sumber intelijen di seluruh pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa AS adalah salah satu dari sejumlah negara yang secara rutin mengawasi PBB.
Namun, ketika hasil mata-mata tersebut terungkap dan ada bukti yang mengiringinya — hal itu menjadi sangat memalukan dan bagi Guterres selaku diplomat terkemuka di dunia, dapat berpotensi merusak hubungannya dengan Washington.