Doni Monardo: Butuh 4 Juta APD untuk Tangani Corona

2 April 2020 23:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BNPB Doni Monardo (tengah) berpidato disaksikan pimpinan Grup Bakrie Anindya Bakrie (kanan) saat penyerahan bantuan di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (27/3). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BNPB Doni Monardo (tengah) berpidato disaksikan pimpinan Grup Bakrie Anindya Bakrie (kanan) saat penyerahan bantuan di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (27/3). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Virus corona masih mewabah di Indonesia. Jumlah pasien pun masih bertambah setiap hari. Berdasarkan data pada Kamis (2/4), jumlah kasus positif sebanyak 1,790 pasien.
ADVERTISEMENT
Guna menangani ribuan pasien yang terus bertambah itu, tentu tenaga medis membutuhkan alat pelindung diri (APD), seperti baju hazmat, agar tak tertular virus corona.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo, menyatakan tenaga medis setidaknya membutuhkan hingga 4 juta APD untuk menangani corona.
"Kalau kita bisa kerja keras memutus mata rantai. Seperti hari ini, RS Darurat Wisma Atlet penambahannya (pasien) tidak banyak. Walau pun estimasi permodelan sejumlah pakar menunjukan peningkatan (kasus) tinggi, kita optimis. Dengan kerja keras kita dan masyarakat ini bisa kita tekan. Narasi positif ini yang kita gaungkan. Kalau seandainya grafik ini, kita butuh jutaan APD. Tapi kalau kayak gini saja, mungkin kita butuh APD 3-4 juta potong APD," jelas Doni dalam rapat kerja dengan Komisi IX secara teleconference, Kamis (2/4).
ADVERTISEMENT
Doni menyatakan, untuk mendapatkan APD bukanlah hal yang mudah. Hal itu menurutnya tidak dialami oleh Indonesia, melainkan negara laiin seperti AS.

Pekerja menyelesaikan baju hazmat atau alat perlindungan diri (APD) tenaga medis di Pusat Industri Kecil, Penggilingan, Jakarta, Kamis (26/3). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Ia mencontohkan APD yang diterima beberapa minggu lalu merupakan upaya pemaksaan terhadap industri tekstil, sekaligus atas bantuan TNI.
"Kalau waktu itu tidak ada upaya ambil alih APD, maka hari ini korbannya lebih besar. Kami bersyukur anggota Bea Cukai berhasil membatalkan ekspor sebanyak 205 ribu (APD) ke Korsel dan itu legal karena kontrak sudah terjadi jauh hari sebelumnya," ucap Doni.
Doni mengatakan, kesulitan bukan hanya dalam hal memperoleh APD, melainkan juga produksinya. Sebab hingga saat ini 100 persen bahan bakunya berasal dari negara pemesan, yakni Korsel.
ADVERTISEMENT
Ia mencontohkan, pada Kamis malam ini terdapat 120 ribu APD yang harus diekspor ke Korsel berdasarkan kesepakatan Menlu Retno Marsudi dengan Dubes Korsel. Namun terdapat surat edaran dari Kemendag soal larangan ekspor.
Untuk itu, ia akan bertemu dengan Kemenlu, Kemendag, swasta yang jadi rekanan pembuatan APD, dan Kemenkes untuk membicarakan mengenai APD tersebut.

Pekerja menjahit kain untuk baju hazmat atau alat perlindungan diri (APD) tenaga medis di Pusat Industri Kecil, Penggilingan, Jakarta, Kamis (26/3/2020). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
"Bisa kita putuskan apakah kami akan buat surat untuk mempermudah pengiriman APD ke Korsel tapi dengan jaminan kita dapat bahan baku untuk tambahan yang akan datang," ucapnya.
Meski terdapat, ia memastikan pemerintah berusaha untuk memenuhinya. Terlebih Presiden Jokowi telah memerintahkan 28 industri APD di Indonesia agar bisa memasok kebutuhan dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Kami di sini akan berjuang untuk dapatkan yang terbaik. Dan hari ini sudah ada kontrak 300 ribu (APD) lagi. Kami bersyukur pabriknya ada di negara kita. Jadi berilah kesempatan kami untuk lakukan berbagai cara kami bisa dapat APD," ucapnya.
"Kalau ada keluhan di lapangan soal APD itu bena, tapi kan sudah kita penuhi. Di Jakarta saja sudah 80 ribu kita penuhi, bukan cuma di RS, bahkan dokter pribadi pun yang minta kita kasih," tutupnya.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!