news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dorong Rekonsiliasi & Persatuan, Faksi di Palestina Sepakati Deklarasi Alzir

14 Oktober 2022 18:57 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh. Foto: Karim Jaafar/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh. Foto: Karim Jaafar/AFP
ADVERTISEMENT
Para pemimpin faksi-faksi Palestina menandatangani kesepakatan rekonsiliasi di Aljazair (Alzir) pada Kamis (13/10). Sebanyak 12 faksi di Palestina berupaya untuk memperbaiki keretakan politik yang telah berlangsung selama 15 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Kesepakatan rekonsiliasi dan persatuan nasional ini ditandatangani oleh tokoh Partai Fatah, Presiden Mahmoud Abbas, dan Kepala Gerakan Islam Hamas Ismail Haniyeh yang menguasai Gaza. Namun, Presiden Abbas berhalangan hadir sehingga ketua delegasi Fatah, Azzam al-Ahmed, menggantikannya dalam pertemuan tersebut.
Kesepakatan itu tercapai dengan bantuan mediasi oleh Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboun sejak Januari lalu. Kesepakatan itu dibacakan di gedung yang sama ketika Aljazair mengumumkan kemerdekaan Palestina pada 1988.
Deklarasi Aljir ini akan mendorong dilakukannya pemilihan Presiden dan Dewan Legislatif Palestina terhitung satu tahun setelah kesepakatan ini tercapai.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berpidato di Sidang Umum PBB ke-77 di markas besar PBB di New York City, New York, AS, Jumat (23/9/2022). Foto: Caitlin Ochs/REUTERS
Al-Ahmed menyambut baik kesepakatan yang membawa babak baru bagi perpolitikan di Palestina. Ia juga optimis kesepakatan ini tidak hanya akan berakhir di kertas belaka.
ADVERTISEMENT
"Kami optimistis bisa dilaksanakan dan tidak akan tinggal tinta di atas kertas." kata al-Ahmed dikutip dari AFP.
Di satu sisi, Haniyeh mengatakan kesepakatan ini menjadi momen menggembirakan bagi Palestina, namun akan menjadi momen menyedihkan bagi para Zionis.
Mengutip survei yang dilakukan Al Jazeera di Ramallah, Tepi Barat, menunjukkan dua pertiga warga Palestina tidak percaya akan upaya rekonsiliasi yang dilakukan oleh para politisi. Hal ini mengingat upaya serupa telah dilakukan dengan mediasi Yaman dan Mesir, namun tetap tidak membawa perubahan berarti.
Secara historis, persaingan politik telah memecah wilayah Palestina sejak 2006, ketika Hamas memenangkan pemilu secara mengejutkan, mengalahkan partai Fatah pimpinan Mahmoud Abbas.
Konflik bersenjata pun pecah setelah Fatah menolak untuk mengakui hasil pemilu. Kepemimpinan Palestina sejak itu mengalami perpecahan, dengan Otoritas Palestina (PA) yang dipimpin Fatah mengatur Tepi Barat dan Hamas menjalankan kekuasaan Jalur Gaza di bawah blokade Israel.
ADVERTISEMENT
Penulis: Thalitha Yuristiana.