dr Koko Usul Syarat agar Saf Salat Bisa Rapat: Sudah Divaksin hingga Bermasker

31 Agustus 2021 14:11 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah jemaah menjelang salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (20/3).
 Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah jemaah menjelang salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (20/3). Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penerapan PPKM Level yang diperpanjang hingga 6 September 2021 ini telah menunjukkan perbaikan level di berbagai daerah di Jawa-Bali. Sejumlah kegiatan masyarakat mulai dibuka secara bertahap sebagai bagian dari adaptasi di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Pemerintah juga telah membuka aktivitas di rumah ibadah dengan penerapan protokol kesehatan ketat. Termasuk juga kegiatan ibadah salat bagi umat muslim di masjid yang kini masih menerapkan jaga jarak 1 - 1,5 meter.
Hal tersebut menurut Chairman Junior Doctors Network (JDN) Indonesia, dr. Andi Khomeini Takdir, harus segera perlahan dikembalikan seperti sediakala.
Ia mengusulkan agar saf atau barisan salat kembali dirapatkan. Sebab, ini merupakan salah satu upaya untuk menyesuaikan diri beraktivitas di masa pandemi.
"Kita kan sudah harus mengembalikan kepercayaan diri publik untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Dalam rangka new normal karena kita memang belum selesai status pandeminya, tapi juga dengan penyesuaian termasuk juga ibadah," kata dokter yang akrab disapa Koko ini kepada kumparan, Selasa (31/8).
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Andi Khomeini atau biasa disapa dr. Koko. Foto: @dr_koko28
ADVERTISEMENT
Menurut Koko, dengan penerapan seluruh poin tersebut, maka sebenarnya risiko penularan telah menurun. Sehingga, kegiatan beribadah dengan jarak yang lebih rapat dapat dilakukan.
"Itulah sebabnya kenapa ada 5 poin yang saya rekomendasikan, tetap pakai masker, jaga jarak kan kalau semua orang pakai masker risikonya sudah turun banget ya kemudian kalau jendela pintu terbuka ventilasi bagus, sinar matahari masuk di pagi hari sampai sore, maka risiko penularan itu sudah turun," ungkap Koko.
Salah satu poin yang ia sebutkan yaitu jemaah harus divaksinasi. Ia pun menjelaskan mengapa ini penting, meski tentu ada saja umat Islam yang belum atau tak mau divaksin.
"Nah, ada risiko lain yang coba kita turunkan itu risiko keparahan, makanya kita mendorong vaksinasi ini kan bukan sifatnya pemaksaan, sifatnya rekomendasi yang searah dengan kebijakan pemerintah juga. Nah, harapannya kalau semua orang, oh iya kalo dia merasa divaksinasi, masyarakat ini ada berbagai segmen, ya, ada yang pro vaksin, ada yang netral, ada yang karena pekerjaan dia divaksinasi, ada yang anti," jelas Koko.
Dokter Andi Takdir Khomeini Haruni atau dokter Koko saat menjadi vaksinator di Istana Presiden, 13 Januari 2021. Foto: YouTube Sekretariat Presiden
Oleh karena itu, ia menyarankan agar semua jemaah harus mendapatkan vaksinasi terlebih dahulu untuk menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk semua pihak.
ADVERTISEMENT
"Nah, kita tidak hanya memperhitungkan mereka yang pro dan kontra, yang netral dan yang dukung. Tapi, ya, kalau orang dalam satu jemaah kita coba suasananya aman dan nyaman buat semua orang. Maka, ya, sebaiknya semua jemaah divaksinasi," katanya.
Melihat Pelaksanaan Salat Jumat di Masjid Pusdai Kota Bandung pada Masa PPKM Level 4. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Koko juga menekankan bahwa vaksinasi ini merupakan syarat pelengkap. Selain itu, ada baiknya agar apa yang ia usulkan ini bisa dibahas lebih lanjut dengan melibatkan perwakilan dari pemuka agama.
"Meminta kalau bisa dibahas, tidak hanya oleh ahli kesehatan, pemerintah, Satgas COVID-19, tapi juga melibatkan para pemuka agama, ulama, supaya kita berani beradaptasi. Memang kita harus beradaptasi ramai-ramai. Tidak satu pun yang kita coba untuk tinggalkan. Kita semua coba ajak semua orang untuk urun rembuk," pungkasnya.
ADVERTISEMENT