Draf RUU KIA: Cuti Melahirkan Minimal 6 Bulan, 1,5 Bulan Jika Alami Keguguran

27 Juni 2022 9:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perut ibu setelah melahirkan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perut ibu setelah melahirkan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
DPR tengah menggodok RUU KIA atau Rancangan Undang-undang Kesejahteraan Ibu dan Anak. Ketua DPR Puan Maharani mengatakan, RUU KIA bakal disahkan sebagai RUU inisiatif DPR pada 30 Juni 2022.
ADVERTISEMENT
RUU KIA sempat menuai pro dan kontra di ruang publik. Yang paling menarik perhatian adalah, dalam draf RUU ini, cuti melahirkan bagi ibu yang bekerja akan diperpanjang menjadi 6 bulan. Sebelumnya, cuti melahirkan hanya sekitar 3 bulan.
Aturan ini dijelaskan dalam Pasal 4 ayat 2 point a Draf RUU KIA. Berikut bunyinya:
(2) Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Ibu yang bekerja berhak:
a. mendapatkan cuti melahirkan paling sedikit 6 (enam) bulan;
Masih dalam Pasal 4 ayat 2, dalam point b, dijelaskan aturan cuti jika ibu bekerja mengalami keguguran. Lama cuti jika keguguran yakni 1,5 bulan.
Berikut bunyinya:
b. mendapatkan waktu istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan jika mengalami keguguran;
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dalam Pasal 4 ayat 2 di point c dan d, dijelaskan aturan terhadap ibu hamil yang bekerja. Mereka harus mendapatkan waktu istirahat dan tempat untuk melakukan laktasi.
Selain itu, ibu hamil mendapatkan cuti yang diperlukan untuk kepentingan terbaik bagi Anak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketua DPR Puan Maharani (tengah) saat Sidang Bersama DPR-DPD di Ruang Rapat Paripurna, Komplek Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Sebelumnya, Ketua DPR RI Puan Maharani memastikan, RUU KIA bakal menjadi RUU inisiatif DPR.
“Badan musyawarah (Bamus) DPR sudah menyepakati RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak atau RUU KIA akan disahkan sebagai RUU inisiatif DPR dalam Rapat Paripurna terdekat,” ujar Puan.
Setelah RUU KIA disahkan sebagai RUU inisiatif DPR, dewan akan menunggu surat presiden dan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dari pemerintah.
Selanjutnya, Bamus akan memutuskan alat kelengkapan dewan (AKD) yang akan melakukan pembahasan tingkat I dengan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Puan menerangkan, RUU KIA sangat penting untuk mengatur percepatan mewujudkan kesejahteraan keluarga. Khususnya kesejahteraan ibu yang melahirkan generasi penerus bangsa dan kesejahteraan anak sebagai pewaris, serta penerus kehidupan berbangsa.