news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dua Faktor Mengapa Senegal Lirik Investasi Indonesia

11 Desember 2018 16:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLt Dubes RI Untuk Senegal Didik Trimardjono. (Foto:  Andreas Gerry Tuwo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PLt Dubes RI Untuk Senegal Didik Trimardjono. (Foto: Andreas Gerry Tuwo/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dalam hitungan bulan investasi besar Indonesia segera mengucur deras ke Senegal. Dana segar sebesar USD 250 juta atau sekitar Rp 3,75 triliun siap dipakai untuk membangun kawasan Tour de Goree.
ADVERTISEMENT
Selain investasi, Senegal adalah pelanggan setia produk industri strategis Indonesia. Mereka telah membeli pesawat CN-235 dan berkomitmen untuk kembali membeli produk RI lainnya seperti Tank Anoa hingga lokomotif.
Menurut Pelaksana Harian Duta Besar RI (Kuasa Usaha Ad Interim) untuk Senegal Didik Trimardjono, keyakinan negara Afrika Barat kepada produk dan investasi asal Indonesia bukan datang tanpa sebab.
Dia menyebut, ada dua alasan kenapa Senegal menyukai dan selalu mempertimbangkan tawaran-tawaran Indonesia.
Kota Dakar di Senegal. (Foto:  Andreas Gerry Tuwo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Dakar di Senegal. (Foto: Andreas Gerry Tuwo/kumparan)
Pertama, secara sejarah hampir seluruh negara di Afrika termasuk Senegal punya kedekatan historis dengan Indonesia. Bahkan mereka percaya peristiwa bersejarah Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung 1955 adalah cikal bakal gerakan kemerdekaan di benua tersebut.
"Secara resmi dalam dialog dengan Indonesia, mereka kerap menyebut betapa erat hubungan Indonesia dan Afrika tahun 1955 di KAA, itu memberikan inspirasi dan mendorong negara Afrika merdeka. Peristiwa itu tak akan dilupakan, tergores dalam catatan sejarah," kata dia.
ADVERTISEMENT
Faktor kedua adalah, karena Indonesia memberikan tawaran saling menguntungkan bagi Senegal. Didik menegaskan, tawaran seperti ini tak datang dari negara investor besar lainnya seperti China.
"Indonesia selalu win-win solution beda dengan China, policy-nya beda," pungkas dia.