Dukungan GP Ansor Dinilai Kode Warga NU Dukung Erick, tapi Masih Level Cawapres

27 April 2022 14:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prosesi pembaretan Menteri BUMN Erick Thohir sebagai anggota kehormatan Banser. Foto: Instagram/@gp.ansor
zoom-in-whitePerbesar
Prosesi pembaretan Menteri BUMN Erick Thohir sebagai anggota kehormatan Banser. Foto: Instagram/@gp.ansor
ADVERTISEMENT
GP Ansor, salah satu ormas sayap PBNU, mendukung Menteri BUMN Erick Thohir sebagai capres 2024. Pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komaruddin menilai, dukungan ini penting bagi Erick Thohir.
ADVERTISEMENT
Sebab, ia seakan didukung oleh warga NU. Meski harus diingat tidak semua warga NU bakal pasti mendukung Erick Thohir.
"Dukungan Ansor penting bagi Erick Thohir (ET). Oleh karena itu, ET masuk ke Ansor dan ingin dapat suara dari Ansor. Dan ingin jadi pintu masuk agar dapat dukungan warga NU. Paling tidak jika organisasi sayapnya bisa dipegang dan mendukung ET, maka ET dapat legitimasi politik seolah-olah didukung oleh warga NU," kata Ujang, Rabu (27/4).
"Padahal warga NU dukungannya akan ke mana-mana, artinya menyebar ke banyak capres atau cawapres," lanjut dia.
Ujang juga mengingatkan, kans Erick lebih besar menjadi cawapres, bukan capres. Sebab, dalam berbagai survei, elektabilitas Erick sebagai capres masih kecil.
ADVERTISEMENT
Elektabilitas capres di posisi teratas, kata Ujang, masih didominasi oleh nama-nama seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Perbedaan elektabilitas Anies dan ketiga nama tersebut sebagai capres masih besar.
"Kalau capres berat, mungkin minimal jadi cawapres. Tiket cawapres sudah lumayan bagi ET. Memang levelnya masih di cawapres, belum capres," kata Ujang.
Lebih lanjut, Ujang memprediksi dukungan GP Ansor kepada Erick Thohir akan menunjukkan dualisme kepemimpinan di PKB. Pasalnya, PKB telah mengusung Muhaimin Iskandar alias Cak Imin untuk Pemilu 2024. Tapi, GP Ansor malah mendukung calon lain.
Sehingga, ia tak heran jika nanti terjadi konflik internal di PKB. Namun, itu adalah hal yang biasa.
“Di politik sudah terbiasa banyak organisasi, individu, atau kelompok main dua kaki. Satu kaki dukung A, dan kaki lain dukung B,” ujar Ujang.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyarankan konflik diselesaikan dengan elegan. “Namun jika tak ada yang mau mengalah, ya konflik itu kan terus berlarut. Dan itu bahaya bagi kekompakan di internal mereka,” tutupnya.
====
Reporter: Dhania Anindyaswari Puspitaningtyas