Dukungan GP Ansor ke Erick Thohir Dinilai Jadi Pukulan Telak ke Cak Imin dan PKB

27 April 2022 16:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konpers Cak Imin usul NU-Muhamadiyah raih nobel perdamaian 2022-2023 di Gedung DPR RI, Rabu (16/1/2022). Foto: DPR
zoom-in-whitePerbesar
Konpers Cak Imin usul NU-Muhamadiyah raih nobel perdamaian 2022-2023 di Gedung DPR RI, Rabu (16/1/2022). Foto: DPR
ADVERTISEMENT
Ormas sayap PBNU, GP Ansor, mendeklarasikan dukungan bagi Menteri BUMN Erick Thohir sebagai capres di 2024. Hal ini menimbulkan sorotan sebab GP Ansor malah tak mendukung Ketum PKB Muhaimin Iskandar yang juga didukung nyapres. Padahal seharusnya GP Ansor lebih satu napas dengan PKB.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai dukungan GP Ansor ke Erick merupakan pukulan telak bagi Muhaimin. Sebab, ia tak lagi bisa mengandalkan GP Ansor untuk membantunya di 2024.
"Tentu ini pukulan telak ke Muhaimin dan PKB. Karena Ansor justru dukung orang yang baru gabung dengan Ansor, bukan dukung Muhaimin atau PKB. Ya, artinya di NU pun sudah mulai enggak solid PKB-nya," kata Adi, Rabu (27/4).
Lebih lanjut, Adi menilai deklarasi dukungan ini juga merupakan 'perang' terbuka antara Ketum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas dan Muhaimin. Ia memprediksi dukungan ini bakal membuat situasi antara NU dan PKB makin panas.
Gus Yaqut saat acara 'Apel Kebangsaan dan Kemah Kemanusiaan' di Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta Selatan, Selasa (18/4/2017). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
"Konfrontasi terbuka antara Gus Yaqut dan Muhaimin. Bisa dibayangkan satu organisasi kemudian beda pilihan politik. Pasti panas di dalam, karena apa pun Muhaimin dan Gus Yaqut ini berasal dari rumpun politik yang sama," kata Adi.
ADVERTISEMENT
"Artinya Muhaimin sudah tidak bisa lagi mengendalikan Ansor, mengendalikan NU sebagai bagian dari PKB. Ke depan, Ansor adalah organisasi yang kemudian tak bisa didikte oleh siapa pun," lanjut Adi.
Namun, Adi mengingatkan, meski meraih dukungan dari GP Ansor, Erick Thohir masih sulit bersaing sebagai capres di 2024. Sebab, elektabilitasnya masih jauh di bawah mereka yang berada di 3 besar berbagai survei.
Yaitu, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, atau Prabowo Subianto. Menurut Adi, pilihan realistis bagi Erick adalah sebagai cawapres. Itu pun, kata Adi, Erick harus bersaing dengan Sandiaga Uno.
Oleh sebab itu, ia mengingatkan Erick agar terus bekerja keras untuk menggenjot elektabilitas.
“Dukungan Ansor itu penting, iya. Tapi bukan segala-galanya dan tidak ada jaminan bisa meningkatkan elektabilitas secara signifikan. Masih butuh kerja-kerja yang lebih serius, lebih agresif di berbagai kalangan,” tutupnya.
ADVERTISEMENT
=====
Reporter: Dhania Anindyaswari Puspitaningtyas