Prof Amin Soebandrio

Eijkman: Jangan Percaya Hasil Uji Klinis Vaksin Corona dari Medsos

22 Desember 2020 18:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona.
 Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengingatkan agar masyarakat tak mempercayai hasil uji klinis vaksin corona yang bersumber dari media sosial (medsos). Amin menyarankan agar masyarakat menunggu hasil resmi dari otoritas yang berwenang.
ADVERTISEMENT
"Yang muncul di medsos-medsos itu muncul dari marketing mereka biasanya. Kita harus tunggu laporan dari FDA masing-masing negara sebelum kita adjustment," kata Amin di rilis survei opini publik SMRC, Selasa (22/12).
Amin menyebut, seluruh platform vaksin, entah yang berbasis RnA, DNA, atau rekombinan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun, hingga saat ini belum ada publikasi yang membandingkan head to head antara satu vaksin dengan vaksin lain.
"Data-data yang sekarang muncul itu berdasarkan efficacy. Kita harus memahami bahwa efficacy itu diperoleh dari kondisi yang sangat terkontrol yaitu uji klinis, subjek terkendali, penyuntikan terkendali, vaksinasi juga terpelihara kualitasnya," jelasnya.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio. Foto: Youtube/@DPMPTSP DKI Jakarta
Namun, effectiveness itu baru bisa didapatkan ketika vaksinasi sudah betul-betul diterapkan di masyarakat. Dengan kondisi alam yang ideal, subjek beragam, menurut Amin, gambaran efektif dari sebuah vaksin baru bisa didapatkan.
ADVERTISEMENT
"Selama kita menunggu vaksin, harus 3M karena vaksin tidak serta merta menghentikan pandemi setelah vaksinasi. Mungkin butuh beberapa bulan, bahkan tahunan, untuk bisa sampai dunia ini dinyatakan bebas dari virus corona," tutur Amin.
Contohnya saat vaksin cacar pertama kali ditemukan pada 1795. Namun, untuk bisa bebas dari cacar parah, dunia membutuhkan waktu sekitar 200 tahun dari masa vaksinasi pertama.
"Mudah-mudahan kita tidak butuh 200 tahun untuk bisa bebas corona karena kita punya Iptek yang lebih baik, ada ahlinya. Intinya vaksin tidak bisa menghentikan, tapi harus berdampingan terus dengan 3M," pungkasnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten