Eijkman Masih Kaji Mutasi Virus Corona D614G di Kota Selain Jakarta hingga Yogya

2 September 2020 15:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio seusai RDPU dengan Komisi VII DPR, Senin (17/2). Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio seusai RDPU dengan Komisi VII DPR, Senin (17/2). Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
ADVERTISEMENT
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman memastikan belum ada bukti ilmiah mutasi virus corona D164G menjadi lebih berbahaya atau lebih menular. Kepala LBM Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, mengaku masih meneliti mutasi virus yang sudah ditemukan di sejumlah daerah di Indonesia tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saat ini kami semua berupaya mendapatkan informasi lebih lanjut dari kota-kota lain di Indonesia untuk mendapatkan gambaran seberapa luas penyebaran virus dengan mutasi D614G ini. Dan informasi sementara, sebenarnya, dari kajian-kajian yang belum dilaporkan, memang terindikasi ditemukannya mutasi ini di virus-virus corona lainnya," ujar Kepala LBM Eijkman, Amin, dalam konferensi pers di Graha BNPB, Rabu (2/9).
Amin menegaskan mutasi D614G memang sudah ditemukan keberadaannya di Indonesia sejak April. Beberapa kasus tersebut terjadi di Yogya, Bandung, Jakarta hingga Tangerang.
"Mutasi virus D614G ini memang sudah dideteksi di Indonesia keberadaannya, dilaporkan bulan Mei lalu, dan dari isolat yang sebetulnya diperoleh bulan April," ujar Amin.
"Jadi sebenarnya bulan April sudah ada. Kemudian berturut-turut ditemukan di kota lain, di Yogya, di Bandung, Jakarta, dan ini menunjukkan bahwa virus dengan mutasi D614G ini sudah berada di Indonesia," sambungnya.
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio seusai RDPU dengan Komisi VII DPR, Senin (17/2). Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
Amin juga memastikan mutasi D614G tidak akan mengganggu kinerja vaksin. Meski menyerang spike protein pada virus, D614G tidak mengganggu Receptor-binding Domain (RBD).
ADVERTISEMENT
"Tidak akan mengganggu kinerja vaksin, namun kita tetap tidak boleh menganggap pandemi ini dapat diabaikan, karena kita tetap harus melaksanakan protokol 3M, mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker," ungkapnya.
Mutasi D614G Sars-Cov-2 pertama kali ditemukan di Jerman dan China pada Januari 2020. Jika melihat seluruh whole genome sequence yang tercantum dalam situs bank virus dunia, GISAID, sekitar 78 persen karakter virus corona sudah didominasi D164G.
Indonesia sudah memasukkan 24 whole genome sequence ke situs GISAID. Dari 24 itu, 9 di antaranya mengandung mutasi D614G, yaitu 2 kasus dari Surabaya, 3 kasus dari Yogyakarta, 2 kasus dari Tangerang dan Jakarta, dan 2 kasus dari Bandung.
Ilustrasi corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
"Dari 9 whole genome sequence yang sudah di-sumbit tersebut, 1 terkategori dalam clade GR dan berasal dari Jakarta, 8 lainnya dari luar Jakarta masuk kategori clade GH. Jadi itu clade yang mengandung D614G," ujar Menristek, Bambang Brodjonegoro.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Bambang serupa dengan Eijkman dan peneliti Unair beberapa waktu lalu. Informasi soal mutasi virus corona di Indonesia ini masih membutuhkan analisis seluruh karakter virus.
Analisis penularan mutasi D614G pertama kali diungkapkan Bette Korber, seorang ahli biologi komputasi dan ahli genetika populasi. Kober menduga varian D614G lebih mudah menyebar di antara manusia daripada virus versi aslinya.
Dari dua studi yang diterbitkan di jurnal Cell oleh Korber dan WHO Collaborating Center di China, strain dominan SARS-CoV-2 D614G tampaknya 10 kali lipat lebih menular.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***