Ekstremis di Mali Bantai 24 Warga Sipil

20 Juni 2022 12:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Teroris Foto: Flickr / malatyahaber44
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Teroris Foto: Flickr / malatyahaber44
ADVERTISEMENT
Ekstremis di Mali pada Sabtu (18/6/2022) dilaporkan membantai puluhan warga sipil di sejumlah dusun di komune Anchawadj.
ADVERTISEMENT
"Teroris kriminal pada Sabtu menewaskan sedikitnya 20 warga sipil di beberapa dusun di komune Anchawadj, beberapa kilometer utara Gao," kata seorang perwira polisi senior, dikutip dari AFP.
Setelah dilakukan investigasi lebih lanjut, jumlah korban jiwa di wilayah konflik itu mencapai 24 orang.
Pejabat setempat menggambarkan situasi Anchawadj semakin memprihatinkan. Warga berhamburan melarikan diri karena takut akan terjadi serangan susulan.
Sekjen PBB Antonio Guterres Foto: REUTERS/Murad Sezer
Tak hanya menyasar warga sipil, para ekstremis juga telah menewaskan seorang penjaga perdamaian PBB dengan ranjau darat yang mereka tebar.
Kepala pasukan MINUSMA Mali PBB, El Ghassim Wane mengatakan di Twitter, penjaga perdamaian PPB tewas pada Minggu (19/8/200) ketika berpatroli lebih jauh ke utara kota Kidal.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk pembunuhan penjaga perdamaian yang berasal dari Guinea.
ADVERTISEMENT
"Serangan yang menargetkan pasukan penjaga perdamaian PBB merupakan kejahatan perang di bawah hukum internasional," kata Guterres.

Separatis dan Ekstremis

Kelompok ekstrem berafiliasi dengan Al-Qaeda yang diduga bertanggung jawab, hingga kini belum memberikan konfirmasi resmi terkait serangan terbaru di sekitar kota Gao.
Wilayah itu telah semakin berkecamuk dan tidak stabil sejak pemberontak separatis Tuareg pada 2012.
Meski pemberontak dan pemerintah pada 2015 telah menyepakati perjanjian damai, namun hingga saat ini perjanjian tersebut belum diberlakukan.
Ekstremis kemudian memanfaatkan pemberontakan separatis untuk melancarkan serangan mereka sendiri.
Alhasil, negara di Afrika barat itu kini berada dalam posisi rentan. Pemerintah menghadapi pemberontakan separatis dan ekstremis secara bersamaan di utara negara itu. Mereka melancarkan serangan yang sebagaian besarnya terletak di wilayah gurun yang tidak memiliki infrastruktur negara.
ADVERTISEMENT
"Sebagian besar wilayah Gao dan Menaka diduduki oleh para jihadis," kata pejabat di Gao.
"Negara harus melakukan sesuatu," tambah dia.
Kondisi diperparah akibat stabilitas pemerintah Mali telah terganggu oleh kudeta militer pada, Agustus 2020 dan Mei 2021.
Guterres pada Mei lalu memperingatkan, ketidakstabilan di Mali dan tetangganya, Burkina Faso telah merusak upaya untuk menstabilkan kawasan itu secara keseluruhan.
"Situasi keamanan di wilayah Gao telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir," kata Guterres.
Penulis: Sekar Ayu.