Elite Golkar Masih Yakin Jokowi dan Megawati Akan Bertemu Pascapemilu 2024

12 April 2024 17:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Politikus Golkar Idrus Marham saat ditemui wartawan di kawasan Senayan.  Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Politikus Golkar Idrus Marham saat ditemui wartawan di kawasan Senayan. Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Jokowi tak berkunjung ke kediaman Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat dalam momen Lebaran 1445 H seperti tahun-tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Pembina Bappilu Golkar Idrus Marham berpandangan pertemuan Jokowi dan Megawati masih mungkin terwujud meski keduanya berbeda jalan di 2024.
"Kapan sih pertemuannya Prabowo dan Mbak Mega, Pak Jokowi dan sebagainya, saya ingin mengatakan begini, tokoh-tokoh tersebut ini hanya persoalan waktu saja. Persoalan momentum saja tetapi visi mereka suasana kebatinan mereka sebenarnya sudah satu," kaya Idrus di kawasan Senayan, Jumat (12/4).
Eks Sekjen Golkar itu kemudian menyinggung kisah Bung Karno dengan Buya Hamka yang sempat berbeda pandangan secara ideologis. Namun, kata dia, pada akhirnya keduanya bersahabat hingga akhir hayat.
Momen Presiden Jokowi gandeng tangan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di Rakernas PDIP. Foto: Dok. youtube PDIP
"Misalkan bagaimana Bung Karno hubungannya dengan Hamka. Kita tahu pada saat itu juga terjadi perdebatan ideologis, ya terjadi perdebatan ideologis sampai puncaknya adalah pada tahun 1964 kan Hamka ditahan, dipenjara. Tetapi jangan lupa, ketika Bung Karno meninggal pada tanggal 21 Juni tahun 1970, ternyata di situ baru terungkap bahwa sudah ada wasiat Bung Karno supaya kelak kalau meninggal yang jadi imam salatnya adalah Hamka. Kan itu kan, ini kan luar biasa ini," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Dan karena itu, maka segera setelah itu maka Hamka datang. Dan ini dilakukan. Nah kalau misalkan apakah karena perbedaan masalah syahwat politik, masalah kekuasaan lalu kemudian menghambat adanya silaturahmi politik lebih mendasar untuk Indonesia lebih produktif ke depan, nah ini jadi persoalan," tandas eks Mensos itu.
Hubungan Jokowi dan Megawati disebut-sebut retak karena perbedaan pilihan di 2024. Meski tak mendeklarasikan dukungan, Jokowi lebih condong ke Prabowo-Gibran. Apalagi, Gibran adalah putra sulung Jokowi.
Hal ini, berbeda dengan keputusan Megawati yang mengusung Ganjar-Mahfud. Jokowi tidak taat pada keputusan partai dan hingga saat ini hubungan dingin dengan Megawati disebut masih berlanjut meski pemilu sudah usai.