Emil Dardak Soroti Noisy Minority saat Pandemi: Bukan Ahli tapi Bikin Bising

18 Juli 2021 17:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Prawansa dan Wagub Emil Dardak saat mepaparkan update COVID-19 di Jawa Timur, Jumat (10/4). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Prawansa dan Wagub Emil Dardak saat mepaparkan update COVID-19 di Jawa Timur, Jumat (10/4). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, menyoroti adanya kelompok kecil yang terus membuat kegaduhan di tengah pandemi COVID-19. Senada dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Emil menyebut mereka sebagai noisy minority.
ADVERTISEMENT
Emil Dardak menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh mereka. Sebab, apa yang mereka lakukan hanya memperkeruh suasana di tengah lonjakan COVID-19.
"Sebenarnya kecil sekali tapi itulah kaum yang mungkin nyebarin WA atau meme yang bilang berhenti upload informasi COVID, info COVID hanya menakut-nakuti orang," kata Emil Dardak saat menjadi pembicara secara virtual dalam acara hasil survei nasional LSI, Minggu (18/7).
"Nah mungkin ini golongan yang disebutkan oleh Pak Gubernur Jabar ini, the noisy minority. Jadi orang yang sedikit banget jumlahnya tapi bising suaranya dan dikasih mikrofon terus," tambah dia.
Eks Bupati Trenggalek itu menjelaskan, bisanya kelompok noisy minority ini paling merasa tahu dengan COVID-19 meskipun mereka bukan pakar.
"Jadi satu orang ngomong atau ngetweet enggak jelas saja masuk berita padahal jelas-jelas dia bukan pakar dan kita sebut dia sebagai the noisy minority," ucap Emil Dardak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Emil menilai mereka juga tidak suka diatur dengan kebijakan pemerintah terkait COVID-19 karena mereka merasa lebih paham dan bisa menangani sendiri pandemi COVID-19.
"Mereka confident bahwa kita bisa handle, itu enggak usah diatur-atur sampai kalau misalnya ada penyekatan jalan atau jam malam dia akan ngomong 'memang corona adanya kalau malam aja' gitu ya kan itu," kata dia.
"Ini adalah orang-orang dan kadang alasan mereka cukup masuk akal mereka yang kadang-kadang memang juga nyari nafkah, jualan makan malam-malam, banyak warung yang menjadi solusi untuk orang makan pada malam hari itu mereka akan komplain," lanjutnya.
Pelanggar PPKM Darurat di Surabaya kena sanksi ikut tur ke pemakaman COVID-19. Foto: Instagram/@dishubsurabaya
Menyikapi masalah ini, Emil Dardak mengatakan perlu ada perbaikan komunikasi pemerintah terhadap masyarakat dalam penanganan COVID-19. Menurutnya, pemerintah perlu tahu kondisi psikologi masyarakat di tengah lonjakan COVID-19 dan aturan pembatasan.
ADVERTISEMENT
"Karena ini penting untuk kami kupas di pemerintah karena strategi komunikasi kita harus kita sesuaikan dengan kira-kira bagaimana psikologi dari masyarakat ini," tutur dia.