Emil: Keputusan Terbaik Kami Lakukan PSBB Termasif, Atur 50 Juta Penduduk

27 Juli 2020 11:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Persib Bandung serahkan bantuan penanganan virus corona kepada Pemprov Jabar. Foto: Dok. Pemprov Jabar
zoom-in-whitePerbesar
Persib Bandung serahkan bantuan penanganan virus corona kepada Pemprov Jabar. Foto: Dok. Pemprov Jabar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, atau akrab disapa Emil mengungkapkan upaya yang sudah dilakukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jabar dalam menekan penyebaran virus corona. Salah satunya menerapkan PSBB.
ADVERTISEMENT
Emil menegaskan, ancaman COVID-19 di Jawa Barat tidak bisa diremehkan karena terdapat 50 juta penduduk di sana. Maka dari itu, ketika Presiden Jokowi mengumumkan penerapan PSBB, dirinya langsung menerapkan kebijakan itu.
"Terkait COVID, Jabar itu kalau dari sisi penduduk ancaman paling besar karena penduduk terbesar 50 juta. Oleh karena itu, keputusan terbaik yang pernah dilakukan adalah PSBB termasif," kata Emil dalam agenda penandatanganan perjanjian kerja sama dengan SMI, Senin (27/7).
Menteri Keuanagn Sri Mulyani (tengah) saat menghadiri penandatanganan kerja sama antara Pemrov DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan PT Sarana Multi Infrastruktur. Foto: Humas Kemenkeu
Penerapan PSBB di Jabar sendiri dilakukan pada 11 April setelah mendapat persetujuan dari Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Selama PSBB diterapkan, Emil menegaskan angka reproduksi penularan mengalami penurunan.
"Sekitar 50 juta orang kita atur 3 Minggu dan angka reproduksi turun," tegas Emil.
ADVERTISEMENT

Emil Nilai Penanganan COVID-19 Tidak Bisa Disamakan di Tiap Daerah

Mantan Wali Kota Bandung itu tak menampik, penanganan COVID-19 di tiap wilayah tidak bisa disamakan. Maka dari itu, terhadap daerah-daerah yang kasus penularan sudah mulai menurun mulai diterapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB).
"Kami sadari, COVID tidak bisa diperlakukan sama. Daerah padat tinggi, dosisinya tinggi, daerah kami yang 70 persen kabupaten kepadatan rendah, treatmentnya juga tidak sama. Makanya kami lakukan adaptasi kebiasaan baru," ucap Emil.
"Buka ekonomi risiko rendah yakni industri perkantoran pertanian, baru kedua pembukaan ekonomi risiko kesehatan tinggi yakni perdagangan, mal, pariwisata," tutupnya.