Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Emosi Ferdy Sambo Usai Pembunuhan Yosua: Pukul Tembok hingga Bentak Penyidik
4 November 2022 15:40 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Raut wajah Ferdy Sambo tampak sedih dengan mimik seakan akan menangis. Bahkan, ia disebut memukul tembok karena emosi.
ADVERTISEMENT
Begitu kira-kira gambaran Ferdy Sambo saat di rumah Duren Tiga, Jakarta Selatan pada 8 Juli 2022. Kala itu, ajudannya yang bernama Brigadir Yosua tewas di lokasi tersebut.
Yosua tewas ditembak Richard Eliezer atas perintah Sambo. Mantan Kadiv Propam itu pun disebut turut melepaskan tembakan terakhir ke kepala untuk mengakhiri nyawa Yosua.
Pemicunya ialah laporan dari istrinya, Putri Candrawathi, mengenai adanya peristiwa di Magelang pada 7 Juli 2022. Putri mengaku dilecehkan oleh Yosua.
Sambo naik pitam dan langsung merencanakan pembunuhan. Nyawa sang ajudan hilang di rumah dinas.
AKBP Ridwan Soplanit menjadi salah satu polisi yang pertama datang ke lokasi kejadian. Ridwan yang kala itu menjabat Kasat Reskrim Polres Jaksel itu memang tetangga Sambo.
ADVERTISEMENT
"Saat itu saya lihat Ferdy Sambo itu dia mukanya agak sedikit murung," kata Ridwan dalam kesaksiannya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (3/11).
Sambo kemudian menjelaskan bahwa baru saja terjadi tembak menembak Yosua dengan Richard Eliezer. Skenario yang sudah disiapkan Sambo untuk menutupi peristiwa eksekusi terhadap Yosua.
Saat bercerita, menurut Ridwan, Sambo terlihat geram. Bahkan emosional.
"Sambil ngobrol tangan kanannya menepuk ke arah tembok dengan keras, kemudian kepalanya nyandar di tembok. Dan dia kembali lihat saya. Saya liat Ferdy Sambo matanya udah berkaca-kaca seperti sudah mau menangis. Tampak sedih," kata Ridwan.
Hal yang sama juga disampaikan AKP Rifaizal Samual dalam kesaksian secara terpisah. Samual ialah Kanit I Satreskrim Polres Jaksel, bagian dari tim penyidik yang diminta Ridwan datang untuk olah TKP.
ADVERTISEMENT
Samual sempat menggali soal peristiwa yang sebenarnya terjadi pada saat itu. Termasuk dengan menginterogasi Richard Eliezer. Namun, interogasinya itu kemudian ditegur Sambo.
Berikut percakapan Sambo dan Samual pada saat itu:
"Dinda sini kamu," kata Sambo.
"Siap perintah Jenderal," jawab Samual.
"Kamu Akpol berapa," tanya Sambo.
"Siap, saya 2013, jenderal. Perintah untuk kami, Jenderal," jawab Samual.
"Kamu jangan kenceng-kenceng nanyanya ke Richard, dia sudah membela keluarga saya. Kalau kamu nanyanya begitu dia baru alami peristiwa yang membuat psikologisnya terganggu, bisa ya?" kata Sambo.
"Siap, bisa Jenderal," jawab Samual.
Samual sempat merasa bersalah setelah ditegur oleh Sambo. Sebab dia merasa bertanya terlalu keras dan mencecar. Setelahnya, Samual dan tim yang dipimpin oleh AKBP Ridwan Soplanit melakukan olah TKP di lokasi penembakan.
ADVERTISEMENT
Menurut Samual, Sambo pun sempat menyampaikan beberapa hal kepada para penyidik yang berada di Duren Tiga. Disampaikannya dengan nada yang tinggi.
"Mohon izin kalau memang harus kami sampaikan. Beliau memukul mukul tembok, mengungkapkan kemarahan, menyampaikan kepada Kapolres saya bagaimana kalau istri kamu yang dilecehkan dengan wajah mimik yang sedih," pungkasnya.
Dalam kasus ini, Sambo dan istrinya Putri Candrawathi merupakan terdakwa dalam kasus pembunuhan Brigadir Yosua. Keduanya didakwa terlibat pembunuhan berencana bersama tiga orang lainnya: Richard Eliezer, Kuat Ma'ruf, dan Ricky Rizal.
ADVERTISEMENT
Kelimanya didakwa melanggar Pasal 340 subsidair Pasal 338 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dengan ancaman 20 tahun penjara dan maksimal hukuman mati.
Khusus untuk Sambo, dia didakwa atas perbuatan lainnya yakni perintangan penyidikan atau obstruction of justice kasus pembunuhan Yosua.
ADVERTISEMENT
Sambo bersama dengan enam orang lainnya dijerat dengan Pasal 49 KUHP juncto Pasal 33 UU ITE atau Pasal 232 atau Pasal 221 ayat (1) ke-2 KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Ketika berhadapan dengan keluarga Brigadir Yosua, Sambo mengakui penyesalannya karena tidak mengontrol emosi pada saat kejadian.
"Saya ingin menyampaikan bahwa peristiwa yang terjadi adalah akibat dari kemarahan saya atas perbuatan anak Bapak kepada istri saya," ujar Sambo.
Namun, Sambo mengakui perbuatannya salah. Ia pun menyatakan siap bertanggung jawab.