Epidemiolog Minta Cakupan Vaksinasi Diperluas: Jangan Bicara Booster Dulu

24 Oktober 2021 13:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menerima suntikan dosis pertama vaksin COVID-19 saat pelaksanaan vaksinasi COVID-19 Merdeka di Kota Kupang, NTT, Selasa (7/9).  Foto: Kornelis Kaha/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Warga menerima suntikan dosis pertama vaksin COVID-19 saat pelaksanaan vaksinasi COVID-19 Merdeka di Kota Kupang, NTT, Selasa (7/9). Foto: Kornelis Kaha/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Salah satu kunci dalam menghadapi gelombang ketiga pandemi di RI adalah perluasan cakupan vaksinasi COVID-19 yang merata. Ini disampaikan oleh Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, Kementerian Kesehatan pekan ini memperingatkan, gelombang ketiga diprediksi tiba akhir 2021 atau awal 2022. Dengan adanya potensi ini, Dicky pun meminta cakupan vaksinasi untuk lebih diperluas.
Saat ini, masih banyak orang yang belum memiliki perlindungan dari virus corona. Baik karena belum divaksinasi, belum pernah terinfeksi COVID-19, maupun kekebalannya sudah menurun.
“Pertama, memperkuat cakupan vaksinasi. Jadi, mempercepat cakupan vaksinasi yang lebih terdistribusi secara merata. Kalau sebelumnya difokuskan ke Jawa-Bali, itu kan karena memang episentrum,” kata Dicky ketika dihubungi, Sabtu (23/10).
Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia. Foto: Dok. Pribadi
“Tapi, kan, sekarang sudah melandai, membaik [kasus di Jawa-Bali]. Nah, ini dalam masa ‘damai’, masa tenang, ini harus dijadikan momentum untuk akselerasi, intensifikasi, ekstensifikasi vaksinasi," tambahnya.
Jika melirik sejumlah negara lain, banyak yang sudah berlomba-lomba memberikan vaksinasi dosis tambahan (booster) untuk masyarakatnya. Ini dilakukan untuk memberikan perlindungan lebih kuat bagi warganya dalam menghadapi pandemi.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut Dicky, untuk saat ini Indonesia belum memerlukan pemberian dosis booster untuk masyarakat umum. Meskipun pada gilirannya, booster akan dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.
“Jangan bicara booster dulu, banyak di kampung-kampung kita, daerah luar Jawa, lansia, komorbid yang belum vaksin. Apalagi bicara booster.. jadi masih jauh. Menimbulkan ketidakadilan,” tegas Dicky.
Booster, menurutnya, saat ini diperlukan untuk mereka yang sangat berisiko tinggi terinfeksi dan mengalami kesakitan. Contohnya seperti tenaga kesehatan.
Petugas kesehatan melakukan proses skrining kesehatan sebelum menyuntikkan vaksin COVID-19 pada lansia secara rumah ke rumah di Benda, Kota Tangerang, Banten, Selasa (25/5/2021). Foto: Fauzan/ANTARA FOTO
Kini, hal yang terpenting adalah menyuntikkan vaksin dosis penuh kepada masyarakat sebanyak mungkin.
“Bahwa cakupan vaksinasi kita ini masih belum juga menembus 50% dari total populasi, maka strategi yang paling ideal adalah pertama, mengejar cakupan vaksinasi penuh setidaknya 50%.”
Memperluas cakupan vaksinasi adalah satu bagian dari strategi penanggulangan gelombang ketiga pandemi. Menurut Dicky, pemerintah juga harus memadukannya dengan 3T (testing, tracing, treatment) yang kuat, 5M, dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di level 1-2.
ADVERTISEMENT
Mengapa PPKM Level 1-2? Menurut Dicky, PPKM level itu mengizinkan warganya beraktivitas, namun tetap dilindungi dengan protokol kesehatan.
“Itulah mengapa strategi pandemi itu tidak bisa hanya mengandalkan vaksin, tidak bisa. Harus menjadi kombinasi, harus jadi satu strategi yang dikombinasikan 3T, 5M, PPKM bertingkat,” tutupnya.