Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Epidemiolog Sebut PPKM Level Harusnya Bukan Jurus Utama: Cari Kasus yang Banyak
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, kebijakan pengetatan ini tidak sedikit mendapat kritikan. Salah satunya dari Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman. Dicky justru melihat upaya penanganan pandemi yang paling utama bukanlah sekadar pembatasan lewat PPKM, tetapi testing secara masif.
"Pembatasan itu berat untuk Indonesia dan pembatasan itu strategi penguat tambahan, bukan strategi utama. Strategi utama itu menemukan kasus sebanyak-banyaknya," kata Dicky kepada kumparan, Kamis (22/7).
Menurut Dicky, testing harus dilakukan sebanyak-banyaknya dan tak bisa hanya mengandalkan standar minimal yang telah ditetapkan. Apalagi, positivity rate kasus COVID-19 di Indonesia masih jauh dari standar WHO, yang menetapkan minimal 5 persen.
"Ibarat ada musuh cari musuhnya dengan cari apa? Dengan testing sebanyak mungkin sesuai dengan skala penduduknya, yang disebut satu tes per 1.000 orang per minggu," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Itu minimal dan itu harus meningkat sesuai dengan eskalasi pandeminya yang harus mengarah 5 persen, itu tes positivity rate-nya. Kalau belum 5 persen, ya terus ditingkatkan," tambah Dicky.
Menurutnya, pelaksanaan PPKM Level 1-4 yang mengacu pada indikator positivity rate, keterisian rumah sakit, hingga angka kematian maka akan dapat bermanfaat.
"Nah, sekarang PPKM Level ini tentu selama yang menjadi rujukannya kembali ke indikator tes positivity rate-nya. Kemudian juga tentu kalau bicara indikator pelacak kita punya rumah sakit, dan kematian. Itu tentu akan sangat bermanfaat dan berguna dan ini yang dari awal harus dilakukan," jelas dia.
Terakhir, Dicky berharap penetapan aturan PPKM dengan indikator yang terukur bisa lebih efektif ke depannya.
"Setidaknya walau ini terkesan terlambat, tapi setidaknya ini akan membawa harapan pada perbaikan dan strategi yang lebih efektif," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Saat pelaksanaan PPKM Darurat lalu, kasus harian COVID-19 di Indonesia beberapa kali menembus lebih dari 50 ribu orang. Namun, dalam beberapa hari terakhir, penambahan kasus mulai cenderung menurun.
Namun, penurunan jumlah kasus ini juga diakibatkan berkurangnya jumlah testing yang dilakukan setiap harinya.