Epidemiolog UI: Genjot Booster, ke Depan Tak Perlu Syarat Tes COVID-19

12 Maret 2022 19:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vaksinator melakukan skrining para peserta penerima vaksin lanjutan (booster) serentak di Hotel Bumi Wiyata, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (3/2). Foto: BNPB
zoom-in-whitePerbesar
Vaksinator melakukan skrining para peserta penerima vaksin lanjutan (booster) serentak di Hotel Bumi Wiyata, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (3/2). Foto: BNPB
ADVERTISEMENT
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mendorong pemerintah menggenjot vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat, termasuk kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Apabila pemberian vaksin hingga booster terpenuhi sesuai target, maka tidak menutup kemungkinan Indonesia bisa menghapus kewajiban testing COVID-19 sebagai syarat perjalanan.
"Mungkin bulan depan saya akan dorong yang sudah booster bisa menikmati tidak perlu testing atau PCR dan antigen sebagai syarat perjalanan. Itu bisa jadi alat motivasi agar penduduk mau booster," tuturnya, Sabtu (12/3).
Epidemiolog UI, Pandu Riono. Foto: Dok. Pribadi
Pandu juga berkomentar soal kebijakan zero karantina atau peniadaan waktu karantina bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PLNN) ke Bali yang menurutnya sudah sesuai dengan rekomendasi pakar dan ahli.
Sampai saat ini kebijakan tersebut juga masih bersifat uji coba. Pernyataan tersebut membantah asumsi bahwa kelonggaran yang diberikan pemerintah tersebut berkaitan dengan MotoGP di Mandalika.
"Zero karantina masih uji coba di Bali, kita sudah rencanakan dari Desember, ngga ada kaitannya Mandalika. Semua itu sudah di-calculatory risk," tuturnya Sabtu (12/3).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, apabila karantina PPLN masih diberlakukan itu tidak akan memberikan dampak signifikan. Hal itu merujuk dari data yang ia kumpulkan terkait penularan virus yang sebagian besar sudah terjadi dari dalam negeri.
"Kalau durasi karantina dihapus apa yang terjadi, ngga banyak yang terjadi. Karena penularan sebagian besar sudah ada di dalam negeri kalau dicabut untuk bebas tes apakah ada peningkatan lonjakan, belum tentu," imbuhnya.
Sebab menurutnya yang perlu dikejar dan ditekan adalah capaian vaksinasi. Ia juga mengingatkan kepada masyarakat bahwa pelonggaran PPLN dan penurunan level PPKM yang berlaku tidak berarti pandemi sudah usai.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dan meningkatkan imunitas.
"Kalau bisa pertahankan sampai akhir Maret, nanti mudik, tidak akan dilarang. Kalau situasinya mengusahakan terus sampai 2 bulan ini seharusnya kita bisa mendekati transisi dari pandemi menuju endemi," pungkasnya.
ADVERTISEMENT