Epidemiolog Usul Peta Jalan Pemulihan Pandemi Sebelum Jadikan COVID-19 Endemi

11 September 2021 20:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana mall di Bali saat PPKM Level 4. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana mall di Bali saat PPKM Level 4. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia berencana memulai persiapan transisi dari pandemi ke endemi, mengingat COVID-19 diperkirakan tidak mungkin hilang dari Tanah Air. Masyarakat pun diminta mempersiapkan diri untuk hidup berdampingan dengan virus corona.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya target tersebut, epidemiolog Dicky Budiman mengusulkan penyusunan peta jalan pemulihan pandemi, sebelum akhirnya diputuskan menjadi endemi.
“Sebetulnya lebih pasnya kita bikin peta jalan pemulihan. Karena kalau sekarang transisi, kalau disebut transisi, masih lama pandeminya. Endemi jadi masih lama,” ujar epidemiolog Griffith University Australia ini, ketika dihubungi pada Sabtu (11/9).
Dicky tidak menjelaskan secara detail setiap tahapan dari peta jalan pemulihan ini. Namun, menurutnya, arah menuju peta jalan pemulihan dari pandemi harus dimulai pemerintah dari sekarang.
“Dan namanya peta jalan pemulihan ini harus dimulai dari sekarang, membiasakan baik aparat pemerintahannya. Pemerintahnya menjaga konsistensi, meningkatkan cakupan vaksinasi. Masyarakat dibiasakan pola hidup baru 5M itu. Ini yang harus diupayakan untuk mengarah pada pemulihan,” jelasnya.
Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia. Foto: Dok. Pribadi
Status pandemi, kata Dicky, hanya bisa dicabut oleh WHO. Sementara belum ada pihak yang mengetahui kapan pastinya status pandemi COVID-19 akan dicabut.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, selama belum dicabut, Indonesia harus terus berupaya memulihkan situasi corona negaranya.
“Nah selama itu, kita harus meminimalisir potensi kasus kematian terutama. Kedua, beban di faskes, dan juga [meminimalisir] kesakitan. Untuk melakukan itu harus ada kombinasi strategi vaksinasi, 3T (testing, tracing, treatment), dan pembatasan, karena itu yang bisa kita lakukan,” timpalnya.
“Kalau saya lebih mengusulkan tepatnya itu peta jalan pemulihan pandemi, dan di situ kan ada tahapannya. Jadi, kalau transisi, ya, nanti saja kalau sudah dicabut misalnya status pandeminya,” lanjut dia.
Sejumlah tenaga kesehatan merawat pasien positif COVID-19 di RSDC, Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
Lebih lanjut, ahli wabah Universitas Indonesia Pandu Riono berpendapat pemerintah harus bisa mempertahankan laju penularan corona yang sudah mulai berhasil ditekan. Sebab, fase paling kritis dalam penanganan COVID-19 adalah pemeliharaan (maintenance).
ADVERTISEMENT
“Ini sudah mulai turun [kasusnya], sudah mulai seneng, bilang endemi, macam-macam. Fase yang paling kritis itu pemeliharaan. Ini, kan, kita sudah melakukan penekanan penularan, terus kita harus maintenance,” tegasnya.
Baginya, sebelum memikirkan soal transisi menuju endemi dari pandemi, lebih baik pemerintah terus konsisten dalam penanganan corona. Seperti meningkatkan testing, vaksinasi, serta mengisolasi mereka yang terpapar.
“Pemerintah ini suka nakal. Mereka kalau sudah dilepas, ekonominya dipercepat, bisa naik lagi itu [kasus]. Jadi, fase kritisnya itu maintenance,” pungkasnya.
Seperti diketahui, endemi merupakan wabah penyakit yang selalu ada, tetapi terbatas di wilayah tertentu saja. Hal ini menyebabkan penyebaran dan laju penyakitnya dapat diprediksi.
Dalam kata lain, jika COVID-19 ditetapkan menjadi endemi, penyakit ini akan terus ada di tengah-tengah masyarakat dan rakyat harus belajar hidup dengan penyakit itu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, pada kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Yogyakarta, ia mengatakan Indonesia harus segera menyiapkan transisi dari pandemi menuju endemi.
"Karena kita tahu COVID-19 ini tidak mungkin akan hilang. Oleh sebab itu, kita harus mulai menyiapkan transisi dari pandemi ke endemi dan juga mulai belajar hidup bersama dengan COVID-19," ujar Jokowi dalam kegiatan peninjauan vaksinasi di SLB Negeri 1 Yogyakarta, Jumat (10/9).