Epidemiolog: Varian Delta Plus Masuk RI, Harus Siap Vaksin Booster Tiap Tahun

28 Juli 2021 20:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan varian Corona Delta terungkap. Foto: Dok. Jason Roberts/VIDRL - Doherty Institute, 2021
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan varian Corona Delta terungkap. Foto: Dok. Jason Roberts/VIDRL - Doherty Institute, 2021
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ahli epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengungkapkan hingga kini vaksin corona yang tersedia masih efektif dalam melawan beragam varian yang bermunculan.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring banyaknya varian baru yang lebih cepat menular masuk Indonesia seperti Alpha, Delta, dan Beta, dinilai perlu ada suntikan booster bagi masyarakat setiap tahunnya. Apalagi, baru-baru ini, ditemukan saudara varian Delta (B.1617.2 asal India) di RI, yakni varian Delta Plus.
“Vaksin yang ada tetap berdampak, bermanfaat, apa pun vaksin itu. Terutama dalam mencegah kesakitan dan kematian. Ini penting diketahui semua pihak jadi jangan merasa, ya ini Sinovac enggak [efektif], jadi ya tetap [efektif],” kata Dicky kepada kumparan, Rabu (28/7).
“Kematian isoman-isoman di rumah mendekati 100% karena [belum] vaksin juga. Termasuk yang masuk ICU, yang berat-berat karena enggak divaksin. Namun, ke depan kita harus siap dengan booster karena bagaimanapun kalau virus ini terus berkembang, harus ada booster tiap tahun,” imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Menurut Dicky, varian Delta Plus sebetulnya sudah banyak menyebar di Indonesia. Hal ini harus menjadi perhatian serius karena varian Delta Plus memiliki mutasi yang sama dengan varian Beta (B.1351 asal Afrika Selatan), bahkan sama berbahayanya dengan varian Kappa (B.1617.1 asal India).
“Varian Delta Plus ketika dia terdeteksi [di Indonesia] itu sebetulnya juga pertanda sudah banyak. Karena Whole Genome Sequencing [untuk memetakan varian corona] kita ini kan bukan yang aktif banget gitu. Jumlahnya juga kan sedikit. Jadi ketika itu ditemukan, berarti puncak gunung esnya sudah ada, dan di bawahnya sudah jelas [lebih banyak]. Dan Delta Plus ini kurang lebih 11/13 dengan Delta ini,” jelas dia.

Varian Delta Plus Ditemukan di Indonesia

Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio. Foto: Youtube/@DPMPTSP DKI Jakarta
Sebelumnya, tiga kasus Delta Plus dengan nomor kode AY.1 dilaporkan ditemukan di Indonesia. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio.
ADVERTISEMENT
“Kalau yang dimaksud AY.1, ada tiga. Baru di Mamuju dan Jambi,” kata Prof. Amin, Selasa (27/7).
Prof. Amin menyebut secara resmi istilah Delta Plus “belum ada.” Meski demikian, varian AY.1 merujuk varian yang populer disebut sebagai Delta Plus.
Istilah Delta Plus sendiri muncul dari Kementerian Kesehatan India. Varian Delta Plus pertama kali terdeteksi di Eropa pada Maret lalu, sebelum merebak di India dan diumumkan pada akhir Juni 2021.
Ilustrasi COVID-19. Foto: Dado Ruvic/Reuters