Evaluasi Penanganan Corona di Depok: Tes Minim hingga Lockdown Muka Pakai Masker

14 Agustus 2020 8:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengendara motor dan mobil antre melintas saat terjadi keramaian lalu lintas di Jalan Raya Sawangan, Depok, Jawa Barat, Sabtu (16/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Pengendara motor dan mobil antre melintas saat terjadi keramaian lalu lintas di Jalan Raya Sawangan, Depok, Jawa Barat, Sabtu (16/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Depok sempat menjadi zona merah penyebaran virus corona pekan lalu. Bahkan, disebut-sebut kini indeks penularan corona atau Reproduction Number (Rt) sudah di bawah angka 1.
ADVERTISEMENT
"Penurunan kembali pada minggu ke-24 atau minggu ini dengan angka RT 0,51. Jauh di bawah 1, mudah-mudahan bisa kita turunkan dari yang terjadi sekarang," ungkap Idris dalam acara peluncuran 'Gerakan 2 Juta Masker' bersama Mendagri Tito Karnavian, Kamis (13/8). '
Bahkan, per 11 Agustus, status risiko sedang Kota Depok sudah berada di angka 1,86. Selain itu, laju insidensi, baik kasus konfirmasi, suspek dan kontak erat cenderung mengalami penurunan.
"Prevalensi kejadian kasus konfirmasi kasus terbanyak terjadi pada kelompok usia produktif. Kelompok yang masih produktif keluar rumah rata-rata untuk bekerja," jelas Idris.
Launching gerakan 2 Juta Masker di Depok oleh Menteri Dalam Negeri. Foto: Istimewa
Lantas, dari mana sajakah penyebaran corona di Depok? Idris mengungkapkan peningkatan kasus beberapa pekan terakhir berasa dari beberapa klaster.
ADVERTISEMENT
"Terkait distribusi penambahan kasus konfirmasi berdasarkan jenis pekerjaan. Pertama adalah karyawan swasta, di perkantoran sebanyak 54 kasus, pelajar/mahasiswa sebanyak 26 orang, dan pengurus rumah tangga, baik ibu-ibu atau pekerja rumah tangga, sebanyak 22 orang," ungkap Idris.
"Jadi, memang yang terbanyak adalah karyawan swasta di perkantoran," imbuhnya.

Tantangan Kota Depok Lawan Virus Corona

Launching gerakan 2 Juta Masker di Depok oleh Menteri Dalam Negeri. Foto: Istimewa
Idris menyebut kebijakan Kemenkes yang meminta pasien positif tanpa gejala dan kondisi ringan bisa diisolasi mandiri di rumah, membuat terjadi peningkatan kasus corona di wilayahnya.
"Ini mohon maaf, karena ada kebijakan dari pusat, Kemenkes, bahwa pasien positif dengan tanpa gejala, dan pasien positif kondisi ringan, bisa dirawat atau diisolasi mandiri di rumah," tutur Idris.
Pemkot Depok juga mempunyai kebijakan bahwa pasien positif corona dengan gejala ringan dan tanpa gejala dirawat di rumah sakit. Dengan catatan, rumah pribadi pasien tidak memenuhi syarat.
Petugas medis mengambil sampel lendir dari seorang pedagang saat tes swab di Pasar Cisalak, Depok, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
"Bagi yang tidak memenuhi syarat rumahnya dan tidak bisa disiplin melakukan ketentuan-ketentuan protokol kesehatan sebagai pasien positif, kita pindahkan ke RS. Sehingga banyak sekali yang kita pindahkan ke RS," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, tantangan lain yang harus dihadapi adalah kebiasaan masyarakat Depok yang mulai merasa jenuh harus selalu berada di rumah selama pandemi corona.
Pengunjung mengantre dengan menjaga jarak saat hari pertama pembukaan kembali pusat perbelanjaan di Mal Margocity, Depok, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
"Memang di akhir-akhir ini terkesan mereka sebagian sudah jenuh dan mereka merasa normal," ucap Idris.
Idris berharap lewat 'Gerakan 2 Juta Masker' yang digagas Kemendagri dapat membuat warga Depok lebih disiplin lagi menjalankan protokol kesehatan.
"Maka kami ucapkan terima kasih ke Mendagri yang telah menyelenggarakan acara ini di seluruh Indonesia, dan alhamdulillah kami bisa realisasi, apresiasi kami ini adalah wilayah daerah pertama yamg dikunjungi Pak Menteri, dalam gerakan dua juta masker," ungkap dia.

Evaluasi dari Mendagri

Mendagri Tito yang turut hadir dalam acara peluncuran ini mengingatkan opsi lockdown tak bisa diterapkan di Depok untuk menekan penyebaran kasus corona. Maka dari itu, ia meminta Idris lebih gencar sosialisasi penggunaan masker dan rajin mencuci tangan.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak bisa melakukan lockdown Depok, impossible. Makanya yang kita lakukan adalah lockdown muka (pakai masker). Lockdown hidung mulut kita, daripada lockdown susah, nanti Pak Wali menegakkan TNI-Polri juga setengah mati, Satpol PP nanti bisa-bisa digebukkin," kelakar Tito.
Penampilan Wali Kota Depok Mohammad Idris yang mengenakan masker N95. Foto: Instagram/@idrishaomad
Meski begitu, Tito mengakui persoalan penanganan kasus corona di Depok tidaklah mudah. Sebab, jumlah penduduknya begitu padat dengan luas wilayah yang tak terlalu besar.
"Depok ini tidak gampang karena dia di samping karakter Depok, wilayah depok yang tidak terlalu luas, tapi tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi hampir 2 juta penduduk," ujar Tito.
Tak hanya itu, letak geografis Depok yang berbatasan dengan DKI Jakarta juga menjadi tantangan untuk menekan penyebaran virus corona. Terlebih, kata dia, mobilitas warga Depok ke Ibu Kota sangat tinggi setiap harinya untuk bekerja.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak ada wilayah alam dengan Jakarta yang jadi salah satu episentrum pandemi. Kita juga jadi tak ada batasan yang jelas dengan episentrum yang lain yaitu Bogor, kabupaten yang penduduknya 5 juta di sana. lebih sulit lagi. Sehingga otomatis mobilitas penduduk interaksi wilayah antar Depok dan sekitarnya itu sangat tinggi sekali," jelasnya.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat launching Gerakan 26 Juta Masker se-Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Malang. Foto: Dok. Kemendagri
Di sisi lain, ia menyentil Idris dan jajarannya yang baru sedikit melakukan testing. Dari data yang dipaparkan Tito, Depok baru melakukan tes sebanyak 6.578 sampel, dari total jumlah 2 juta penduduk.
"Benar enggak, Pak, angka saya? Jumlah 6.578 dari buku ini? Itu rendah sekali, hanya 0,03 persen. Dalam ilmu metodologi, 0,03 persen itu margin of error-nya sangat tinggi sekali, tingkat kesalahannya sangat tinggi sekali," ujar Tito kepada Idris.
ADVERTISEMENT
Namun, Tito tidak merinci 6.578 itu merupakan jumlah orang atau jumlah spesimen. Tito hanya mengingatkan Idris untuk tidak 'terlena' dengan bergesernya status Depok dari zona merah menjadi zona oranye. Dari jumlah orang yang dites, Tito menduga bisa saja kasus positif di Depok seperti gunung es.
ADVERTISEMENT
"Positive rate, no, i don't believe that untuk saat ini. Kenapa saya tidak terlalu menganggap positive rate? Karena tergantung jumlah testingnya dibanding populasi. Tadi Pak Wali langsung ngomong positive rate sekian, ada kemajuan menjadi oranye. Ntar dulu, saya mau tanya, sampelnya berapa? 6.578. Gitu, kan, Pak Wali?" kata Tito.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona