Fahri Hamzah: Kalau Lihat Milenial Galau, Pemimpin Politik Harusnya Introspeksi

2 November 2020 10:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fahri Hamzah saat peluncuran buku di Pressroom DPR, Jakarta, Jumat (27/9/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Fahri Hamzah saat peluncuran buku di Pressroom DPR, Jakarta, Jumat (27/9/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Kontribusi milenial bagi bangsa menjadi sorotan setelah hal ini disinggung oleh Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah menilai peran generasi milenial sangat diperlukan dalam perjalanan suatu negara dan transisi demokrasi guna menciptakan negara yang sejahtera.
ADVERTISEMENT
"Saat ini, teknologi mengalami disrupsi yang dahsyat. Bahkan sekarang ini ada disrupsi baru yang bukan saja oleh teknologi, tetapi juga karena pandemi virus corona atau COVID-19," kata Fahri, Senin (2/11).
Mantan Wakil Ketua DPR RI itu menegaskan, disrupsi oleh pandemi COVID-19 dan teknologi sekaligus menciptakan kegalauan yang masif bagi generasi milenial. Menurut Fahri, generasi milenial sekarang ini sebenarnya sedang mencari siapa panutannya yang harus didengar dan menentukan ke mana menuju dan melangkah.
"Ada baiknya untuk memahami dan menyadari bahwa jangan-jangan kegagalannya ada pada generasi yang seharusnya menjadi suri teladan. Contoh yang setiap hari ditiru dan dilihat baik itu kata-katanya, aksi, maupun polanya di dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, introspeksi paling besar harus dilakukan oleh politisi," jelasnya.
Peluang Generasi Milenial di Kancah Politik Foto: Pixabay
Fahri mengatakan, kalau politikus yang diberi amanat untuk menjadi pendidik politik dan bangsa, mulai dari diberi anggaran, akses kekuasaan, maupun uang negara untuk melakukan itu, maka mereka seharusnya menjadi panutan bagi generasi milenial dan bukan sebaliknya.
ADVERTISEMENT
"Jadi amanat pertama adalah kepada para pemimpin politik, kalau sekarang ini menyaksikan milenial galau dan tidak sesuai dengan pandangan-pandangan politisi, di satu sisi itu adalah watak dari sebuah perubahan. Namun yang penting adalah apakah kita sudah memberi contoh yang cukup sehingga ekspektasi tentang kaum milenial itu memadai," tutur Fahri.
Fahri meminta politisi ke depan tak lagi menanyakan apa yang sudah generasi milenial lakukan. Sebab, generasi milenial akan bertanya balik apa yang sudah dicontohkan politisi kepada mereka.
"Apakah politisi sudah berbuat cukup untuk menjelaskan kepada kaum milenial tentang mimpi bersama beginilah cara melangkah ke depan. Saya kira kalau pemimpin juga mengalami disorientasi, politisi mengalami kegalauan, maka tentu kegalauan itu akan lebih masif ke bawah," pungkasnya.
ADVERTISEMENT