Faisal Basri Jadi Ahli AMIN di MK, Bicara soal Politik Gentong Babi Wujud Bansos

1 April 2024 11:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekonom Faisal Basri dalam program Diptalk kumparan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ekonom Faisal Basri dalam program Diptalk kumparan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ekonom Senior, Faisal Basri, menjadi Ahli dalam sidang lanjutan sengketa Pilpres 2024 yang diajukan oleh Anies-Muhaimin (AMIN) di Mahkamah Konstitusi (MK).
ADVERTISEMENT
Dalam keterangannya itu, Faisal membawa judul presentasi mengenai bansos jelang Pemilu 2024 yang dilakukan secara ugal-ugalan untuk memenangkan paslon 02 Prabowo-Gibran.
Faisal menjelaskan istilah Pork Barrel politics atau politik gentong babi yang dianggap terjadi pada pemenangan Prabowo-Gibran. Menurut Faisal, praktik ini berasal dari Amerika Serikat.
Konteksnya adalah dilakukan oleh anggota DPR, baik Senat maupun House of Representative, yang ingin terpilih kembali memasukkan proyek-proyek maupun menggelontorkan uang banyak di daerah konstiuennya, di distrik mereka, agar terpilih kembali
Menurut Faisal, keadaan di sana sangat parahnya, bahkan ada NGO khusus praktik pork barrel ini karena membiaskan demokrasi.
Perbedaannya dengan di Indonesia ialah dalam bentuk program yang digelontorkan. Bila di AS, yang digelontorkan adalah proyek misalnya pembangunan jembatan dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Jadi secara umum pork barrel ini di negara berkembang ini di negara-negara berkembang wujudnya berbeda, karena pendapatan ya masih rendah, angka kemiskinan yang tinggi di Indonesia,” kata Faisal di MK, Jakarta, Senin (1/4).
Saksi dan ahli yang dihadirkan pasangan AMIN di Mahkamah Konstitusi (MK), Senin (1/4). Foto: Hedi/kumparan
Di Indonesia, menurut Faisal, wujudnya berbeda. Ia menilai kemiskinan menjadi salah satu faktor yang menjadi pangsa para politikus untuk menggelontorkan bansos untuk kepentingan politik.
“Penduduk miskin ekstrem, nyaris miskin, rentan miskin, itu kira-kira hampir separuh dari penduduk, jadi santapan yang memang ada di depan mata para politisi,” ujarnya.
“Karena memang mereka lebih sensitif tentu saja terhadap pembagian-pembagian sejenis bansos,” lanjutnya.
Lebih jauh, Faisal juga sempat menyinggung bahwa politik gentong babi di Indonesia ini juga melibatkan mobilisasi dari pejabat. Ia mencontohkan beberapa menteri di Kabinet Indonesia Maju periode Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT