Faisal Basri: Luhut Pandjaitan Lebih Berbahaya dari Coronavirus COVID-19

3 April 2020 19:49 WIB
comment
135
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekonom Faisal Basri. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ekonom Faisal Basri. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom Faisal Basri melontarkan pernyataan terkait Menko Maritim dan Investasi yang juga Plt Menteri Perhubungan Luhut Binsar Pandjaitan.
ADVERTISEMENT
"Luhut Panjaitan lebih berbahaya dari coronavirus COVID-19," kicau Faisal lewat Twitter, Jumat (3/4).
Menurut Faisal, ucapannya itu adalah fakta yang perlu disampaikan ke publik.
Lebih lanjut, Faisal bahkan menyebut Presiden Jokowi harus menyingkirkan Luhut.
"Saya rasa Presiden harus menyingkirkan virus yang lebih berbahaya ini," ujar Faisal kepada kumparan.
Ia tak merinci mengapa menyebut Luhut lebih berbahaya dari virus corona. Namun dari lini masa di akun Twitter-nya, komentar itu terkait ucapan Luhut bahwa virus corona tak kuat dengan cuaca di Indonesia.
Luhut Binsar Panjaitan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
"Dari hasil modelling, cuaca Indonesia, ekuator ini panas, dan itu untuk COVID-19 enggak kuat," kata Luhut usai rapat dengan Jokowi melalui telekonferensi, Kamis (2/4).
Soal keuntungan cuaca di Indonesia itu pun sempat ia singgung dua hari sebelumnya, Selasa (31/3). Menurut Luhut, "Indonesia diuntungkan dengan temperatur tinggi pada April. Humidity (kelembaban) tinggi (mem)buat COVID-19 relatif lemah daripada di tempat lain."
ADVERTISEMENT
Keuntungan tersebut, ujar Luhut, harus dimanfaatkan dengan dibarengi upaya social distancing.
"Tapi kalau social distancing tidak ketat, terlalu banyak berkumpul rame-rame, ya enggak berlaku keuntungan tadi," kata dia.
Pengaruh cuaca terhadap corona juga disebut-sebut Jokowi dalam rapat kabinet terbatas secara online, Kamis (2/4).
"Kalau kita lihat musim yang ada sekarang, saya kira cuaca juga sangat mempengaruhi berkembangnya COVID-19 ini," ucap Jokowi, yang kemudian mengatakan Indonesia saat ini mulai memasuki musim panas yang bakal berpuncak pada Agustus nanti.
Cuaca panas. Foto: Shutterstock
Sementara itu, tim peneliti Harvard Medical School berpendapat, virus corona tidak terlalu sensitif terhadap iklim wilayah.
Penularan SARS-CoV-2—virus penyebab COVID-19—di wilayah beriklim tropis seperti Guangxi dan Singapura menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban udara yang tinggi tidak menyebabkan penularan virus corona menurun. Musababnya, corona lebih banyak menyebar lewat kontak antarmanusia.
ADVERTISEMENT
Studi lain dari dua pakar ilmu komputer Massachusetts Institute of Technology menunjukkan, virus corona mungkin memang tidak dapat menyebar secara efisien di wilayah dengan suhu dan kelembaban udara tinggi.
Pada akhirnya, perbedaan suhu dan kelembapan udara bisa jadi memperlambat penyebaran virus corona, namun tidak menghentikannya. Coronavirus masih tetap bisa menyebar dalam hitungan jam atau hari.
Ekonom Faisal Basri. Foto: Abdul Latif/kumparan
kumparan mencoba mengkonfirmasi komentar Faisal Basri kepada Jubir Luhut Pandjaitan, Jodi Mahardi. Namun ia belum merespons.
_________
Update:
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk membantu mencegah penyebaran coronavirus COVID-19. Yuk, bantu donasi sekarang!