Fakta Baru Seputar Vaksin Sinovac: Efek Samping hingga Kelebihan
ADVERTISEMENT
Virus corona yang telah menjadi pandemi di dunia, termasuk Indonesia, membuat kehadiran vaksin begitu ditunggu-tunggu. Kehadiran vaksin corona diharapkan bisa membuat masyarakat beraktivitas seperti sediakala tanpa harus khawatir terpapar COVID-19.
ADVERTISEMENT
Rencananya, uji klinis atau uji coba tahap akhir ini dilakukan di Bandung pada Agustus dengan menargetkan sebanyak 1.620 relawan.
Berikut fakta baru seputar vaksin Sinovac yang rencananya mendapat izin edar pada awal 2021:
Koordinator Uji Klinis Vaksin Sinovac, Prof. Kusnandi Rusmil, memastikan vaksin corona yang akan disuntikkan ke 1.620 relawan tak memiliki efek samping yang parah.
Meski demikian, bukan berarti vaksin tersebut tanpa efek samping. Kusnandi menyatakan efek sampingnya hanya sebatas nyeri dan panas layaknya orang yang habis disuntik. Namun akan hilang dalam waktu yang tak lama.
ADVERTISEMENT
"Kalau disuntik sakit itu kan biasa. Kurang lebih 20 persen ada panas dan sebagainya tapi vaksin ini aman," kata Kusnandi di RS Pendidikan Unpad, Bandung, Rabu (22/7).
"Paling yang sampai dua hari cuma beberapa orang. Ya biasalah kayak kita disuntik itu, nyeri gitu kan. Enggak lama ilang begitu," lanjutnya.
Kusnandi menyatakan sebagai antisipasi, selama menjalani uji klinis relawan akan mendapat asuransi.
"(Asuransinya) apa pun. Untuk pengobatan kalau sakit atau apa, transportasi kalau dia perlu pengobatan di mana," kata Kusnadi.
Kusnandi mengatakan saat uji klinis dilakukan, vaksin Sinovac harus disuntik sebanyak 2 kali dalam rentang 14 hari kepada para relawan.
Perlunya suntik 2 kali lantaran bahan dasar vaksin tersebut merupakan virus yang sudah dimatikan. Sehingga baru efektif jika disuntik 2 kali.
ADVERTISEMENT
"Ada kekurangannya kalau virus ini dimatikan. Apa kekurangannya? Disuntiknya enggak bisa sekali, disuntiknya 2 kali. Jadi pada vaksin ini minimal harus 2 kali," kata Kusnandi.
Setelah para relawan sudah disuntik 2 kali, peneliti bakal mengambil sampel darah mereka untuk memastikan apakah kadarnya dalam keadaan baik atau justru tidak.
Vaksin Sinovac yang didatangkan dari China dipastikan aman bagi manusia. Namun sebelum diedarkan, terlebih dahulu diuji klinis.
Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin COVID-19, Eddy Fadlyana, menuturkan vaksin Sinovac aman karena berbahan virus yang sudah dimatikan. Sehingga tak akan berbahaya apabila disuntikkan kepada orang yang sakit berat sekalipun.
"Jadi vaksin ini terbuat dari vaksin virus yang dimatikan, tapi virus yang dimatikan itu masih punya daya untuk membuat antibodi. Sehingga kalau diberi ke orang yang sakit berat maka tidak akan berbahaya. Karena vaksinnya, vaksin yang dimatikan. Berbeda kalau vaksinnya yang hidup dilemahkan," kata Eddy.
ADVERTISEMENT
Uji klinis vaksin Sinovac tinggal menunggu restu Komisi Etik. Eddy Fadlyana memastikan uji klinis dilakukan berdasarkan kaidah dalam penelitian dan sesuai prosedur yang ditetapkan WHO dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Penelitian ini juga akan terus dipantau oleh Badan POM kemudian dimonitor oleh tim yang sudah kompeten dan juga mempunyai para pakar yang terkumpul secara independen. Apabila terjadi sesuatu setelah imunisasi ini, tim independen itulah yang akan memberi penilaian apakah ada hubungan dengan imunisasi atau tidak," kata Eddy.
Eddy menambahkan, relawan yang direkrut nantinya harus dalam kondisi sehat dengan dibuktikan hasil pemeriksaan dokter. Selain itu para relawan harus dipastikan tak pernah dinyatakan positif corona.
ADVERTISEMENT
Setelah melalui uji klinis pada Agustus, vaksin Sinovac rencananya mulai diproduksi Bio Farma pada Januari 2021.
Corporate Secretary Bio Farma, Bambang Heriyanto, mengatakan saat ini vaksin tersebut belum ada harga resminya. Namun menurutnya, Kemenristek sudah memiliki perkiraan harga, yakni antara Rp 74 ribu sampai Rp 145 ribu.
"Rp 74 ribu sampai Rp 145 ribu merupakan prakiraan harga untuk kalkulasi, estimasi perkiraan anggaran yang akan digunakan," ucap Bambang.
***