Fakta Baru soal Zakiah Aini Penyerang Mabes Polri

2 April 2021 8:21 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Personel kepolisian dengan rompi anti peluru dan senjata laras panjang berjaga di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3).  Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Personel kepolisian dengan rompi anti peluru dan senjata laras panjang berjaga di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Identitas penyerang Mabes Polri pada Rabu (31/3) sudah terungkap. Pelaku merupakan seorang perempuan berinisial ZA alias Zakiah Aini berusia 25 tahun.
ADVERTISEMENT
Zakiah merupakan warga Ciracas, Jakarta Timur. Ia merupakan simpatisan ISIS. Zakiah tewas dalam aksi penyerangan itu setelah dilakukan tindakan tegas terukur.
Lantas seperti apa perkembangan dari kasus ini? Berikut kumparan rangkum sejumlah fakta terbarunya:
Air Gun, pistol yang digunakan Zakiah Aini saat menyerang Mabes Polri. Foto: Dok. Polri

Jenazah Penyerang Mabes Polri Diserahkan ke Keluarga

Jenazah Zakiah langsung diserahkan ke pihak keluarga setelah diidentifikasi di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (1/4) dini hari.
"Sudah diserahkan ke pihak keluarga difasilitasi teman-teman dari Polda Metro untuk dilakukan penguburan malam ini juga," ucap Wakarumkit RS Polri Kombes Umar Shahab,
Jenazah Zakiah akan langsung dimakamkan di TPU Pondok Ranggon.
"Langsung ke TPU Pondok Ranggon," ucap Umar.
Personel kepolisian dengan rompi anti peluru dan senjata laras panjang berjaga di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/3). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS

Zakiah Tewas Kena Tembak di Jantung

Dari hasil autopsi, Zakiah tewas karena luka tembak salah satunya mengenai jantung.
ADVERTISEMENT
"Meninggal karena kena tembakan. Yang mematikan di jantung," kata Umar.
Terkait ada berapa luka tembak yang mengenai ZA, Umar menyatakan pihaknya akan menginformasikan hal itu ke penyidik.
"Hasilnya nanti kami sampaikan ke penyidik," ujarnya.
M. Ali, ayah Zakiah Aini penyerang Mabes Polri. Foto: Dok. Istimewa

Respons Ayah Zakiah

kumparan mendatangi rumah Zakiah. Namun, di rumah bercat putih itu tak ada siapa-siapa. Sepi. Ucapan salam pun tak berbalas dari dalam rumah.
Selang sekitar 2 jam menunggu di depan rumah, datang seorang pria paruh baya mengenakan baju kokoh dengan kopiah putih beserta masker medis hijau. Pria itu adalah M. Ali, ayah Zakiah.
Tak diketahui habis dari mana M. Ali pergi. M. Ali tak banyak berkomentar terkait kasus anaknya. Berbagai cecaran pertanyaan awak media yang telah menanti hanya dijawab, "Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun," ucap Ali sembari masuk ke dalam rumahnya.
ADVERTISEMENT
Belum begitu banyak profil dari Zakiah dalam kasus ini. Keluarga memilih bungkam. Begitu juga ketua rukun tetangga setempat yang tak bersedia diwawancarai soal perkara ini.
Kapolsek Ciracas, Kompol Jupriono, menyambangi rumah penyerang Mabes Polri Zakiah Aini , Kamis (1/4). Foto: Dok. Istimewa

Cerita Tetangga soal Keseharian Zakiah

Salah satu tetangga Zakiah, Richard Tagaori Pangaribuan, mengatakan sejak polisi bersenjata laras panjang menggerebek rumah Zakiah, hingga pagi tidak ada aktivitas apa pun dari dan menuju rumah tersebut.
Richard mengaku mengenal dekat dengan keluarga Zakiah. Khususnya M. Ali dan Sutini. Ayah Zakiah memiliki profesi sebagai buruh bangunan dan ibunya membuka warung di rumahnya.
Sebelumnya, ibu Zakiah berprofesi sebagai penjahit dan sejumlah warga kerap menitipkan jahitannya ke keluarga Zakiah.
"Dulunya penjahit namun sekarang berjualan di rumahnya," ujar Richard.
Richard menjelaskan, Zakiah merupakan anak bungsu dari lima saudara. Namun sepengetahuannya dua saudara Zakiah sudah menikah dan kini orang tua Zakiah yang merawat ketiga anaknya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Richard mengatakan Zakiah ini orangnya jarang keluar rumah. Dia hanya tahu informasi terakhir dari Zakiah kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta.
"Setahu saya ZA ini kuliah, tapi saya tidak tahu pasti kalau dia sudah nggak kuliah lagi," ujar Richard.
Richard tidak menyangka Zakiah terpapar paham terorisme. Karena menurut dia, selama ini dia tidak menemukan gelagat-gelagat aneh terkait Zakiah.
"ZA kalau ketemu saya pernah menegur tapi ya seperti itu namanya juga anak pendiam," ucap Richard.
KTA Perbakin diduga Milik Pelaku. Foto: Dok. Istimewa

Perbakin Tegaskan Zakiah Aini Bukan Anggota

Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (Perbakin) menegaskan Zakiah Aini bukang anggota mereka. Hal itu disampaikan oleh Sekjen Perbakin, Firtian Judiswandarta.
Menurut Firtian, kartu Perbakin yang ditemukan pada jasad Zakiah bukan merupakan Kartu Tanda Anggota (KTA), melainkan hanya kartu anggota klub.
ADVERTISEMENT
"Itu hanya kartu anggota klub. Kalau anggota resmi Perbakin itu enggak dicantumin tulisan klubnya di depan. Tapi, klub dituliskan kecil di balik kartunya, ukuran [untuk nama klub] itu kecil. Bisa saya pastikan dia bukan anggota Perbakin," kata Firtian.
Selain itu, Firtian juga mengungkap klub Basis Shooting Club yang tertulis pada KTA si pelaku telah bubar.
Seseorang tergeletak di halaman Mabes Polri dengan senjata pistol. Foto: Dok. Istimewa

Zakiah Diduga Sembunyikan Pistol di Pinggang

ADVERTISEMENT
Polri mengungkap bagaimana Zakiah Aini bisa lolos dari penjagaan sambil membawa pistol. Zakiah merupakan simpatisan ISIS.
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono mengatakan, Zakiah Aini diduga menyembunyikan pistol di bagian pinggang atau punggung.
“Mungkin di bagian pinggang atau punggung. Kenyataan lolos dari penjagaan,” kata Rusdi.
Saat menyerang Mabes Polri, Zakiah datang dengan mengenakan gamis hitam, kerudung biru, dan tas hitam. Sampai di pos gerbang depan Mabes Polri, dia mulai melepaskan 6 tembakan ke arah polisi.
ADVERTISEMENT
Rusdi menuturkan, pihaknya masih menyelidiki asal senjata yang digunakan tersangka. Kendala yang dihadapi yakni tersangka tewas sehingga butuh informasi dari sumber lainnya.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono (kanan) memberikan keterangan terkait peristiwa bom Gereja Katedral Makassar di Mabes Polri, Jakarta, Minggu (28/3). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO

Zakiah Pakai Air Gun Kaliber 4,5 Mm

Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan, jenis senjata yang digunakan Zakiah Aini di Mabes Polri, merupakan jenis airgun berkaliber 4,5 mm.
Hal itu dipastikan setelah melakukan pendalaman dan pengecekan dari uji labfor atas sejumlah barang bukti yang ditemukan dari jasad pelaku teror tersebut.
"Dari hasil pengamatan gambar senjata yang dipergunakan pelaku jenis pistol airgun BB bullet call 4,5 mm," kata Argo.
Argo menyebut, kepolisian sampai saat ini masih terus melakukan penyelidikan soal asal-usul senjata air gun tersebut bisa didapatkan oleh pelaku.
ADVERTISEMENT
"Asal senjata masih diselidiki. Karena yang bersangkutan sudah meninggal," ujar Argo.
Air gun merupakan salah satu replika senjata api, memiliki peluru dari logam seperti gotri yang bila ditembakkan dari jarak 3 meter bisa mematikan. Pelurunya juga bisa menembus tripleks dan kaca.
Personel kepolisian bersenjata berjaga di depan Gedung Mabes Polri, Jakarta, Kamis (1/4/2021). Foto: Aprilio Akbar/ANTARA FOTO

Gunadarma Sebut Zakiah DO karena Tak Masuk Kuliah 4 Semester

Universitas Gunadarma buka suara soal status Zakiah Aini. Universitas Gunadarma dikait-kaitkan dengan perkara ini karena Zakiah pernah duduk di bangku kuliah kampus yang berlokasi di Depok itu.
Zakiah masuk Universitas Gunadarma pada 2013 jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi. Zakiah di-drop out (DO) karena tidak masuk selama 4 semester.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma Prof Irwan Bastian membenarkan hal itu. Irwan mengatakan Zakiah ini hanya mengikuti kuliah hingga semester IV.
ADVERTISEMENT
"ZA memang benar pernah kuliah di Gunadarma. Hanya saja keaktifan yang bersangkutan hanya sampai semester IV. Jadi yang bersangkutan itu masuk tahun 2013. Kemudian semester V dan seterusnya tidak aktif," ujar Irwan.
"Artinya sesuai aturan yang berlaku di Gunadarma bahwa yang bersangkutan tidak lagi menjadi mahasiswa Gunadarma sesuai aturan yang berlaku di Gunadarma. Ini yang perlu kami sampaikan. Kami menyampaikan yang berhubungan dengan saudari ZA," lanjut Irwan.
Universitas Gunadarma. Foto: Dok. Gunadarma
Irwan mengatakan, Zakiah awalnya rajin masuk kuliah. Nilainya juga cukup baik. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Zakiah di angka 3,1 dan 3,2.
Menurut Irwan, selepas semester IV, Zakiah tidak masuk kuliah hingga tenggat waktu yang ditentukan atau hingga semester VIII. Pihak kampus bahkan menyurati keluarganya. Namun, tidak mendapat respons.
ADVERTISEMENT
Alhasil, Zakiah di-drop out pada tahun 2017. Kebijakan di Universitas Gunadarma men-DO mahasiswanya yang tidak masuk kuliah selama berturut-turut 4 semester. Di tahun itu juga, Zakiah harusnya lulus kuliah dan mendapat gelar Sarjana Ekonomi.

Universitas Gunadarma Bicara soal Organisasi Kampus

Banyak pertanyaan, khususnya dari warganet, apakah Zakiah saat masih kuliah di Universitas Gunadarma, ikut suatu organisasi tertentu?
Wakil Dekan Fakultas Ekonomi FE Universitas Gunadarma Budi Prijanto mengatakan di organisasi mahasiswa (ormawa) resmi, nama Zakiah memang tidak tercatat di struktur kepengurusan organisasi.
Ormawa merupakan organisasi resmi kampus sejenis badan eksekutif mahasiswa (BEM) dan himpunan mahasiswa. Budi mengatakan karena masih semester awal, maka Zakiah tidak masuk ke organisasi mahasiswa resmi itu.
"Dia kan baru tingkat awal, jadi yang bersangkutan belum bisa masuk ke kegiatan ormawa yang resmi dibina oleh kampus," kata Budi.
ADVERTISEMENT
Budi mengatakan, pihak kampus tidak mengetahui apakah Zakiah ikut organisasi di luar kampus atau tidak. Karena menurut dia, itu tidak masuk dalam pengawasan kampus.
"Nah kalau, apakah yang bersangkutan berorganisasi di luar, kami tidak bisa jawab, terus terang. Kami punya keterbatasan pengawasan ya," kata dia.
Warek UGM Prof Didin Mukodim (kiri) dan Prof Irwan, beserta Wadek FE UGM Gunadarma Budi Prijanto saat konferensi pers menanggapi penyerang Mabes Polri. Foto: Dok. Istimewa
Senada dengan Budi, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma Prof Irwan Bastian juga mengatakan universitas tidak bisa melacak kegiatan mahasiswa di luar kampus.
"Terkait yang bersangkutan mengikuti organisasi di luar, kami tidak bisa melacak karena organisasi di luar kita memiliki keterbatasan," kata dia.
Namun Irwan menegaskan Universitas Gunadarma sejak awal, saat penerimaan mahasiswa baru fokus orientasi kegiatan kampus pencegahan radikalisme.
"Sejak mahasiswa baru, orientasi, kami mengadakan kegiatan di kampus juga memberikan materi yang berkaitan dengan pencegahan terhadap paham paham yang dilarang," kata dia.
ADVERTISEMENT