Fakta-fakta MC Perempuan di Bali Dilarang Tampil di Depan Koster

13 September 2021 8:19 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bali Wayan Koster. Foto: Pemprov Bali
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bali Wayan Koster. Foto: Pemprov Bali
ADVERTISEMENT
Seorang MC perempuan asal Bali bernama Putu Dessy Fridayanthi membuat geger media sosial. Pemicunya, ia melampiaskan curhatannya setelah dilarang tampil di acara yang dihadiri Gubernur Bali I Wayan Koster.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang akrab disapa Ecy itu melampiaskan curahannya di akun Instagramnya. Akhirnya, postingannya viral dan menjadi perbincangan.
"Sejak kepimpinan @KOSTERGUBERNURBALI sudah bukan rahasia lagi jika kami para pekerja event wanita, MC, penyanyi, penari dll sering sekali dicancel client/EO acara H-1 ataupun beberapa menit sebelum acara dimulai. Alasannya karena Koster akan hadir jadi tidak boleh ada pengisi acara wanita," tulis Ecy dikutip dari akun instagram @jeg.bali, Minggu (12/9).
Koster sudah tiga tahun menjabat sebagai Gubernur Bali. Memasuki tahun keempat, politikus PDIP itu diterpa isu bias terhadap perempuan.
Sebab, perempuan pekerja seni disebut-sebut dilarang tampil secara fisik di setiap acara yang dihadiri Koster.
MC itu merasa keberatan dan menilai tindakan tersebut merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Padahal, perempuan berhak ditempatkan setara dengan laki-laki dalam meniti karier.
Anggota Aliansi Perempuan Bali meneriakan yel-yel dalam kampanye publik Hari Perempuan Internasional 2019 pada acara hari bebas kendaraan di Denpasar, Bali, Minggu (10/3). Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Ecy Minta Pemprov Bali dan Koster Beri Klarifikasi

Ecy menerangkan, dirinya dilarang tampil di depan Koster dalam sebuah acara kementerian pada Jumat (3/9). Acara itu digelar pihak swasta yang mendukung program kementerian.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pantauan kumparan pada hari itu ada beberapa menteri berkunjung ke Bali. Mereka adalah Menko Marves Luhut B Pandjaitan, Wamenkes Dante Saksono Harbuwono, Menteri PPPA Bintang Puspayoga dan Kepala BNN RI Komjen Petrus Golose.
"Itu acaranya yang menyelenggarakan swasta tapi mendukung salah satu program kementerian sehingga menteri hadir di sana untuk meresmikan dan Pak Gubernur hanya mendampingi saja," kata Ecy.
Singkat kata, gladi resik telah dilakukan bersama protokoler kementerian, gubernur dan panitia acara beberapa hari sebelum hari H. Gladi resik berjalan lancar dan tak ada informasi larangan MC perempuan tampil.
Namun, satu jam sebelum acara, ia didatangi seorang protokoler gubernur dan meminta tak tampil di ruang utama. Ecy diminta memandu acara dari sebuah ruangan terpisah.
ADVERTISEMENT
"Karena ini adalah perintah gubernur. Kami menjalankan tugas, karena ini adalah perintah gubernur," kata Ecy mengulang ucapan protokoler Gubernur saat memberi alasan larangan tampil.
Perdebatan antara Ecy, protokoler kementerian dan panitia acara dengan protokoler, gubernur tak membuahkan hasil. Akhirnya, Ecy mengalah dan terpaksa berdiri dengan kursi untuk melihat tamu undangan yang hadir serta memandu acara agar berjalan dengan baik.
"Apa ini adat ya Mba Ecy budaya di Bali bahwa MC (perempuan) enggak boleh keluar," kata Ecy meniru keheranan salah satu protokoler kementerian.
"Tidak ada budaya Bali yang seperti itu. Ini adalah satu kebijakan sejak beliau menjabat tapi enggak menyangka acara sudah mulai tapi enggak boleh keluar," jawab Ecy kepada protokoler tersebut.
ADVERTISEMENT
Ecy berharap Pemprov Bali atau Wayan Koster memberi penjelasan mengenai hal tersebut. Ia berharap seluruh pekerja perempuan diberikan hak yang sama untuk mengakses pekerjaan.
"Pokoknya harus bisa menyampaikan klarifikasi terkait kebijakan yang konyol itu karena bukan aku saja yang merasakan tersebut dan saya harap tidak ada diskriminasi terhadap gender dalam pekerja even, kami perempuan memiliki skill dalam profesi," kata Ecy.
Gubernur Bali Wayan Koster. Foto: Denita BR Matondang/kumparan

Ecy Nilai Tindakan Itu Merupakan Bentuk Diskriminasi

Ecy mengatakan, keputusan dirinya curhat di media sosial merupakan puncak dari amarahnya. Menurutnya, sudah beberapa kali acara baik diselenggarakan pihak negeri dan swasta selalu sama. Hanya suara MC saja yang tampil dalam acara.
"Ini adalah puncak kekesalanku setelah tiga tahun terakhir beliau menjabat, pernah juga sebelum acara datanglah protokoler Gubernur aku disembunyikan di belakang panggung, enggak boleh keluar sama sekali selama waktu berlangsung, acara off air dulu di Kuta aku boleh nge-MC setelah Pak Gubernur meninggalkan ruangan," kata Ecy.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut kebijakan tersebut merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Ia tidak bisa bekerja secara profesional karena bingung memandu tanpa melihat acara.
"Ini adalah bentuk diskriminasi terhadap pekerja perempuan even. Ini sangat diskriminasi, kita kek dianggap mahluk yang tidak bernilai, tidak layak di tempat itu dan hanya pria saja yang boleh," kata Ecy.
Menurutnya, aturan tersebut menghalang-halangi warga yang sedang mencari nafkah. Apalagi, di tengah pandemi COVID-19 karena tidak banyak pihak swasta atau negeri mengelar acara.
"Ini namanya pemutusan rezeki yang sangat kejam. Apalagi saat pandemi, kalau dulu sebelum pandemi okelah aku lapang dada tapi ini pandemi yang kita bahagia banget dapat rezeki tiba-tiba seenaknya di-cancel. Di mana-mana rakyat sedang kesusahan, ini kok kepala daerahku memutuskan rezeki kami," kata Ecy.
Kantor Gubernur Bali Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan

Pemprov Bali Segera Beri Penjelasan

Pemprov Bali dan Koster belum memberikan pernyataan terkait kasus ini.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, Kepala Biro Umum dan Protokol Setda Provinsi Bali I Wayan Budiasa memastikan dalam waktu dekat, Pemprov Bali akan memberikan klarifikasi.
"Informasi sudah sampai di pimpinan. Nanti katanya satu pintu keluar untuk respons itu. Satu pintu nanti," kata Budiasa.