Fakta-fakta Mengapa Vaksinasi Dosis Ketiga Perlu Diberikan untuk Nakes

17 Juli 2021 8:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyuntikan booster dosis ketiga degan vaksin Moderna bagi para tenaga kesehatan, Jumat (16/7). Foto: Kemkes RI
zoom-in-whitePerbesar
Penyuntikan booster dosis ketiga degan vaksin Moderna bagi para tenaga kesehatan, Jumat (16/7). Foto: Kemkes RI
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah memulai program vaksinasi dosis ketiga vaksin COVID-19 kepada para tenaga kesehatan (nakes). Suntikan ketiga sebagai booster itu akan menggunakan vaksin Moderna yang efikasinya tinggi mencapai 94,1 persen.
ADVERTISEMENT
Hari Jumat (16/7), vaksinasi pertama dilakukan terhadap tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
Sebanyak 50 Guru Besar FKUI dan sejumlah dokter mendapatkan vaksinasi di RS tersebut, ditinjau langsung oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dan Wakil Menteri Kesehatan dr. Dante Saksono Harbuwono.
Pemilihan 50 Guru Besar ini dilakukan lantaran untuk membuat para nakes lainnya merasa aman untuk menerima vaksin Moderna ini. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
“Harapan kami kalau para senior ini yakin untuk bisa menerima vaksin booster atau vaksin yang ketiga dengan Moderna ini, seharusnya para juniornya, murid-muridnya juga bisa mengikut, (divaksinasi) dengan segera," kata Menkes.
ADVERTISEMENT
Lantas mengapa vaksin ketiga ini harus diberikan?
Prof Kusnandi Rusmil. Foto: Antara
8% Masyarakat Wafat Meski Divaksin Sinovac 2 Dosis
Guru Besar FK Universitas Padjadjaran Prof Kusnandi Rusmil menegaskan suntikan dosis ketiga memang penting bagi nakes. Sebab mereka adalah garda terdepan penanganan pandemi yang rentan terpapar COVID-19 dan pelaku percepatan vaksinasi nasional.
Prof Kusnandi mengatakan, data terbaru menunjukkan sebanyak 8% masyarakat wafat akibat COVID-19 meski sudah divaksinasi penuh.
"Lalu yang imunisasi pertama pakai Sinovac itu penelitian Depkes di beberapa tempat 80% yang wafat belum diimunisasi, 12% yang wafat baru disuntik sekali dan 8% [wafat meski] disuntik 2 kali,” terang Prof Kusnandi.
Atas dasar itu, perlu adanya proteksi ganda bagi para nakes. Sehingga suntikan booster diperlukan.
Ilustrasi vaksin corona dari Sinovac. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Imunogenisitas Sinovac Turun Usai 6 Bulan
ADVERTISEMENT
Vaksin Sinovac merupakan yang pertama digunakan oleh Indonesia selama pandemi corona. Vaksin ini juga menjadi yang paling banyak diberikan kepada masyarakat, termasuk tenaga kesehatan.
Akan tetapi, imunogenisitas vaksin Sinovac ini akan menurun setelah 6 bulan usai penyuntikan.
Oleh sebab itu, Prof Kusnandi mengatakan, penyuntikan ulang atau suntikan ketiga sangat dianjurkan untuk dilakukan terhadap para penerima vaksin ini.
"Memang diperlukan itu [dosis ke-3], karena hasil uji klinis menunjukkan kadarnya [imun] akan turun [setelah menerima dosis ke-2]. Kalau Sinovac setelah 6 bulan itu turun, sehingga memang rencananya setelah 6 bulan harus disuntik ulang," papar Kusnandi.
"Kalau bisa semua disuntik ketiga, tapi kan harus bertahap. Masyarakat kita ada berapa pulau, itu perlu rencana matang dans sebagainya. Tapi yang penting petugas kesehatannya dulu supaya enggak terkena penyakit, baru masyarakat," sambung dia.
Prof Kusnandi Rusmil. Foto: UNPAD
TNI/Polri Dinas di Bidang Kesehatan Juga Perlu Dapat
ADVERTISEMENT
Prof Kusnandi mengungkap tak hanya nakes yang nantinya akan mendapat vaksinasi ketiga itu. TNI hingga Polri juga akan disuntik dosis vaksin ketiga. Sebab mereka merupakan garda terdepan penanggulangan pandemi.
"Pemerintah udah pesen kalau enggak salah 160 juta [dosis], nakes itu jumlahnya cuma berapa sih, paling 1,6 juta. Ya sedikitlah, jadi nakes dulu. Tapi enggak cuma nakes nanti ada dari TNI, kepolisian, dan tim kesehatan RS itu disuntikkin semuanya," kata dia.
Tetapi, menurut Kusnandi, tak semua TNI/Polri akan diprioritaskan mendapat suntikan ketiga. Hanya TNI/Polri yang bertugas di bidang kesehatan yang didahulukan.
TNI/Polri memang banyak yang terjun langsung membantu penanganan pasien COVID-19 selama pandemi. Misalnya di RSDC Wisma Atlet, RS TNI/Polri, termasuk membantu percepatan vaksinasi nasional di berbagai lokasi.
ADVERTISEMENT
"Kalau nakesnya enggak sehat siapa yang mau [rawat dan] menyuntik [vaksinasi] orang-orang? Jadi nakes, yang bantu seperti petugas poliklinik, di kecamatan, TNI [dapat vaksin dosis ketiga]. TNI juga kan ada perawat dan lain-lain," ucap dia.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi saat memberikan keterangan secara virtual. Foto: Kemenkes RI
Masyarakat Umum Belum Butuh
Juru bicara vaksinasi dari Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, menyebut jika dilihat dari tingkatan risiko, nakes memiliki risiko terpapar yang jauh lebih tinggi dari masyarakat umum karena mereka garda terdepan langsung merawat pasien COVID-19.
Sehingga, suntikan ketiga ini memang baiknya menyasar para nakes. Nadia menegaskan hingga kini masyarakat umum belum direncanakan mendapatkan suntikan ketiga vaksin corona.
"Untuk masyarakat ini belum dibutuhkan. Kita ketahui dari studi di Unpad, penambahan dosis ketiga itu bisa diberikan setelah 12 bulan vaksinasi yang lengkap yang pertama," ujar Nadia.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, para nakes menjadi prioritas penerima booster karena tuntutan pekerjaannya yang setiap hari berisiko terpapar COVID-19. Hal inilah yang membedakan mengapa masyarakat umum tidak perlu diberikan suntikan ketiga karena tidak semua berhadapan langsung dengan virus tersebut.