Fakta-fakta Nenek yang Dianiaya di Pasar Gendeng, Yogyakarta

23 Januari 2020 6:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kepolisian di depan rumah Rubingah di Dusun Kranggan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kepolisian di depan rumah Rubingah di Dusun Kranggan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang nenek di Sleman, Yogyakarta, menjadi korban penganiayaan. Nenek bernama Rubingah (60) itu ditendang, diseret, dan dianiaya karena dituduh mencuri mangga di Pasar Gendeng, Pramabanan, Sleman.
ADVERTISEMENT
Penganiayaan itu pun terekam kamera ponsel dan tersebar luas di Twitter. Sontak perlakuan tak patut terhadap lansia itu mendapat simpati warganet.
Warganet berbondong-bondong geram dan mengecam pelaku penganiayaan terhadap Nenek Rubingah.
Berikut fakta-fakta dari kasus penganiayaan terhadap Nenek Rubingah:

Hidup sebatang kara

Kondisi rumah Nenek Rubingah di Dusun Kranggan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Hidup Nenek Rubingah miris. Nenek Rubingah adalah warga Dusun Kranggan 1, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Di dusun tersebut, Rubingah ternyata tinggal sebatang kara dalam sebuah rumah tembok yang tampak tak terawat.
Kepala Dusun Kranggan 1, Suharmadi (44), mengatakan, Nenek Rubingah tinggal di rumah itu sendiri tanpa listrik. Rubingah sudah bercerai dengan suaminya belasan tahun lalu. Suami dan anaknya kini ada di Sumatera.
“Ibu Rubingah di sini hidup sebantang kara beberapa puluh tahun lalu, anak sama suami pisahan. Anak ke Sumatera,” ujar Suharmadi saat ditemui kumparan, Rabu (22/1).
Kondisi rumah Nenek Rubingah. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Usai bercerai dengan suaminya, Nenek Rubingah menjadi depresi. Dia terkadang pergi tak jelas ke mana. Seperti pada Rabu (22/1), rumahnya kosong. Pagar depan rumahnya pun digembok.
ADVERTISEMENT
Untuk kebutuhan sehari-hari, Rubingah biasanya menjadi tukang pijat. Selain itu tetangganya juga kerap memberinya makanan.
Suharmadi telah menghubungi anak Nenek Rubingah yang bernama Wiwin. Dalam perbincangan tersebut, Wiwin menyampaikan agar kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan.
“(Anaknya) sudah melihat video di YouTube, dia cerita sambil nangis-nangis. Baiknya gimana, kami inginnya kekeluargaan,” kata dia.

Kasus diusut polisi

Ibu Rubingah dipukul seseorang di Pasar. Foto: Dok. Istimewa
Kasus penganiyaan terhadap Nenek Rubingan pun tengah diusut kepolisian. Kasi Humas Polsek Prambanan, Aiptu Ahmad Muchlis, menjelaskan pihaknya telah memanggil pelaku penganiayaan, perekam video, dan pedagang yang mengaku mangganya dicuri Rubingah.
“Tetap diperiksa, dilakukan penyelidikan untuk mencari siapa yang memviralkan. Kasus ini tidak akan berhenti, tetap akan disidik secara tuntas baik yang melakukan kekerasan juga pencuriannya,” kata Muchlis di Polsek Prambanan, Rabu (22/1).
ADVERTISEMENT
“Kita tidak tinggal diam, saat ini masih proses penyelidikan. Polsek Prambanan berusaha mencari kebenarannya,” tegasnya.
Sementara itu, Muchlis mengatakan, pihaknya juga masih mencari keberadaan Rubingah yang tidak diketahui keberadaannya.
“Kita lihat perkembangannya kita tidak tahu kondisi Rubingah seperti apa, belum tahu. Tunggu sampai proses berkembang lagi,” pungkasnya.

Penganiaya minta maaf

Ngadirin, penganiaya Nenek Rubingah di Pasar Gendeng, Yogyakarta. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Pelaku penganiayaan terhadap Nenek Rubingah adalah seorang pria bernama Ngadirin (60). Saat dipanggil pihak kepolsian, Ngadirin menyesali perbuatannya dan meminta maaf.
Ia menedang Nenek Rubingah karena spontan mendengar peremouan itu diteriaki maling oleh pedagang pasar.
"Yo menyesal. Sekarang sing cetho yo diunekke maling (yang jelas ada suara teriak maling) itu lho. Refleks karena teriakan maling itu. Kalau ada maling itu kan pasti pada teriak-teriak. Udah gitu aja,” kata Ngadirin di Polsek Prambanan, Rabu (22/1).
ADVERTISEMENT
Pria yang berdagang ketela tersebut mengakui telah dua kali menendang Nenek Rubingah.
“Kembang (yang dibawa Rubingah) mawut-mawut (berserakan) itu kulo tendang (saya tendang) Tendang dua kali. Di tas, dan tangan itu,” katanya.
Ngadirin menjelaskan usai melakukan penganiayaan langsung membawa Nenek Rubingah ke kantor pengamanan pasar. Ngadirin mengaku emosi saat itu.
“Saya enggak tahu siapa yang video. Wong saya enggak punya HP. Yo kalau ketemu yo mboten pangling (tidak lupa). Sing cetho njaluk ngapuro aja (minta maaf saja),” katanya.

Kesaksian Pedagang Lain

Ibu Rubingah dipukul seseorang di Pasar. Foto: Twitter/ @khoiriyahputri8
Peristiwa penganiayaan itu bermula saat Nenek Rubingah membeli bunga di Pasar Gendeng, Senin (20/1). Pedagang buah, Martini (43), mengatakan, saat membeli bunga itu Nenek Rubingah sempat mengambil mangga dagangannya.
ADVERTISEMENT
“Saya itu baru melayani pembeli dua orang. Terus barang yang dicuri itu saya setop, di antara empat langkah kaki di arah selatan saya. Saya lihatin sambil saya layani pembeli. Ibu-ibu itu (Nenek Rubingah) habis beli bunga kok singgah di tempat saya,” kata dia saat dipanggil polisi di Polsek Prambanan.
“Asumsi saya, ibu itu cuma benahi belanjaannya. Tak lihatin lagi kok lama, tahu-tahunya Mbah itu ngambil tangannya masukin ke kotak. Tapi, diambilnya mangga saya. Satu keresek penuh,” ujarnya.
Martini kemudian berteriak kenapa Nenek Rubingah mengambil buah dagangannya. Rubingah hanya diam saja dan mangga seberat 3 kilogram tersebut diminta kembali oleh Martini.
“Enggak bilang apa-apa Si Mbahnya. Terus pergi ke arah timur. Kirain saya, dia itu pulang. Enggak tahunya dia berada dalam pasar. Selang berapa menit, ada yang bilang Mbahnya sekarang di kantor. Terus aku kasihan, tak ampiri (datangi) dia, terus saya suruh pulang. Mbah jangan diulangi lagi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Setelah peristiwa itu, Martini mengaku tidak mengetahui apa yang terjadi. Namun menurutnya, berdasarkan cerita yang beredar Nenek Rubingah masuk kembali ke pasar. Di situ lah penganiayaan terjadi, Ngadirin mengejar Nenek Rubingah dan menganiayanya. Martini bahkan sempat meminta video dari salah satu pedagang di pasar.
“Saya enggak tahu itu (viral) Saya minta sama Mas Kasno (pedagang lain) untuk status (WA) dengan tujuan biar teman-teman tahu kalau wajah ini lebih hati-hati. Kan sering terjadi ada yang diambil tasnya, atau apa di Pasar Gendeng. Tapi, mereka enggak laporan,” pungkasnya.

Bantuan untuk Nenek Rubingah

Mahasiswa UGM, Sanlido (23), yang memberi bantuan kepada Nenek Rubingah. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Video penganiayaan terhadap Nenek Rubingah yang viral di Twitter pun menuai simpati dari warganet. Salah satunya, dua mahasiswa UGM, Sanlido (23) dan Kiki (21).
ADVERTISEMENT
Keduanya menyempatkan diri datang ke rumah Nenek Rubingah di Dusun Kranggan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (22/1), untuk memberikan bantuan kepada Nenek Rubingah.
“Sebenarnya yang mengawali teman saya, Mbak Kiki, dari UGM dia dari Twitter lihat infonya dan ternyata semasif itu bantuannya dari netizen. Banyak yang DM dan dapat alamatnya dan istilahnya kejadian itu memilukan ada sisi kemanusiaan yang harus dibantu,” kata Sanlido.
Kondisi rumah Nenek Rubingah di Dusun Kranggan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sanlido menjelaskan ada sekitar 30 orang yang membantu Nenek Rubingah. Total ada uang sekitar Rp 1 juta yang terkumpul, kemudian sebagian uang dibelikan sembako dan sebagiannya lagi akan diberikan cash ke Nenek Rubingah.
“Tadi belanja ada tambahan dari teman-teman. Dan ngajak saya ke rumah Ibu Rubingah. Tadi ada berupa sembako dan beberapa uang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lantaran Nenek Rubingah sedang tidak berada di rumah, bantuan tersebut lantas dititipkan kepada dukuh setempat.

Dinsos DIY akan beri pendampingan

Kondisi rumah Nenek Rubingah. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Dinsos DIY turun tangan soal kasus penganiayaan terhadap Nenek Rubingah. Dinsos DIY berencana melakukan pendampingan terhadap Nenek Rubingah.
Menurut Kepala Dinsos DIY, Untung Sukaryadi, kondisi Nenek Rubingah yang hidup sebatang kara secara otomatis menjadi tanggungjawab negara. Namun, Untung mengatakan, pendampingan itu dilakukan jika Nenek Rubingah menyetujuinya.
“Kami evakuasi agar semuanya tercukupi di panti, namun demikian tidak semua orang lansia yang tinggal sendiri itu mau di panti. Kadang-kadang mereka memilih bertahan,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (22/1).
Untung mengatakan, seorang lansia tidak selayaknya diperlakukan seperti itu.
"Tindakan apa pun yang termasuk kekerasan apalagi terhadap kaum lemah, lansia atau anak-anak tetap terancam hukuman,” pungkas Untung.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT