Fakta Pendukung Trump Rusuh di Capitol: 4 Tewas hingga Berujung Pengesahan Biden

8 Januari 2021 7:48 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendukung Presiden AS Donald Trump berkumpul di depan Gedung Capitol AS di Washington. Foto: REUTERS / Leah Millis
zoom-in-whitePerbesar
Pendukung Presiden AS Donald Trump berkumpul di depan Gedung Capitol AS di Washington. Foto: REUTERS / Leah Millis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Reputasi Amerika Serikat (AS) yang dikenal sebagai 'mbahnya' demokrasi kembali tercoreng imbas ulah pendukung Presiden Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Pilpres AS pada November 2020 yang menghasilkan Joe Biden sebagai Presiden terpilih, belum membuat pendukung Trump move on.
Mereka masih tak percaya jagoannya yang merupakan petahana tumbang dan hanya meraih 232 suara elektoral, jauh dari pencapaian Pilpres 2016 sebanyak 276.
Petugas polisi melepaskan semprotan merica pada pengunjuk rasa pro-Trump selama bentrokan ketika massa menyerbu Capitol AS, di Washington, AS, (6/1). Foto: Shannon Stapleton/REUTERS

Massa Trump Serbu Gedung Kongres AS

Berupaya menjegal pengesahan kemenangan Biden, massa Trump menyerbu gedung Kongres, US Capitol Hill, di Washington DC pada Rabu (6/1) waktu setempat. Saat itu Kongres AS memang tengah membahas pengesahan hasil Pilpres AS dengan Biden sebagai pemenangnya.
Dikutip dari Reuters, ada ribuan massa pendukung Trump yang menyerbu US Capitol. Massa yang semakin beringas membuat anggota parlemen AS dievakuasi ke tempat aman.
Massa bahkan terlibat bentrok dengan anggota kepolisian. Mereka mencoba menyerang aparat, merusak barikade keamanan, dan berupaya menduduki gedung.
Seorang pendukung Presiden AS Donald Trump duduk di dalam kantor Ketua DPR AS Nancy Pelosi saat ia melakukan protes di dalam US Capitol di Washington, DC. Foto: Saul Loeb/AFP
Bahkan sebuah foto memperlihatkan salah seorang pendukung Trump berhasil memasuki ruang kantor Ketua DPR AS, Nancy Pelosi.
ADVERTISEMENT
Pendukung Trump yang berhasil menerobos masuk ke ruang kantor Pelosi itu menunjukkan sebuah pesan yang ditulis pada sebuah folder berbunyi 'kami tidak akan mundur'.
Orang yang tidak diketahui identitasnya tersebut nampak duduk di kursi kerja Pelosi sembari mengangkat kaki.
Namun aksi itu tak berlangsung lama. Untuk membubarkan massa, polisi AS menembakkan gas air mata dan memasang kembali barikade keamanan yang sempat dirusak.
Seorang pendukung Presiden AS Donald Trump yang mengenakan topi Make America Great Again (MAGA) bereaksi setelah ditahan oleh polisi saat melakukan protes di Los Angeles, California, AS, (6/1). Foto: Mike Blake/REUTERS

4 Orang Tewas dan 52 Ditangkap

Penyerbuan itu tak pelak memakan korban jiwa. Sebanyak 4 orang tewas dalam insiden tersebut. Salah satu korban tewas karena tembakan polisi.
Korban itu teridentifikasi sebagai Ashli Babbitt. Dia merupakan purnawirawan Angkatan Udara Militer AS. Babbitt yang berasal dari San Diego, California, dikenal sebagai loyalis Trump.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Departemen Kepolisian Metropolitan, Robert J. Contee, mengatakan telah menangkap lebih banyak lagi perusuh. Jumlah perusuh yang ditangkap mencapai 52 orang.
Presiden AS Donald Trump saat telekonferensi video Thanksgiving dengan anggota pasukan militer di Gedung Putih di Washington, AS, (26/11). Foto: ERIN SCOTT/REUTERS

Dipicu Provokasi Trump

ADVERTISEMENT
Setelah ditelusuri, kerusuhan di US Capitol Hill diduga disebabkan provokasi Trump ke pendukungnya. Trump usai kalah pada pemilu 3 November 2020, terus menyebarkan tuduhan-tuduhan soal kecurangan pada pemilu. Bahkan dia sempat meminta pendukungnya menyerbu Capitol.
Trump berulang kali melakukan hal tersebut. Dorongan dilakukan Trump lewat cuitannya di Twitter.
Pada 20 Desember 2020 lalu, Trump memposting twit soal kecurangan dan permintaan agar pendukungnya bergerak ke ibu kota Washington DC.
"Secara statistik tidak mungkin kita kalah pada pemilu 2020," kata Trump lewat twit 20 Desember lalu.
ADVERTISEMENT
"Protes besar di DC 6 Januari, datang dan menggila!" perintah Trump saat itu.
Polisi membersihkan Gedung Capitol AS dengan gas air mata ketika para pendukung Presiden AS Donald Trump berkumpul di luar, di Washington, Amerika Serikat. Foto: Stephanie Keith/Reuters
Adapun saat insiden penyerbuan US Capitol, Trump sempat menyemangati massa pendukungnya. Ia memang menyerukan agar pendukungnya kembali ke rumah dan bertindak damai.
Namun, Trump juga berkata bahwa pemilu curang dan kemenangannya dicuri.
Trump bahkan mengirim pesan kepada pendukungnya dengan berkata: "we love you." melalui akun Twitternya. Kini Twitter telah menangguhkan akun Donald Trump karena mengandung "ancaman kebebasan".
Joe Biden menyampaikan Pidato kemenangan di Pemilu AS 2020 di di Wilmington, Delaware, pada Sabtu (7/11). Foto: POOL

Joe Biden Anggap Upaya Massa Trump Sebagai Pemberontakan

Kelakuan pendukung Trump menimbulkan kecaman dari para pejabat di AS, termasuk Biden.
"Ini bukan protes, ini pemberontakan," kata Biden.
Dia menyebut massa yang mencoba menduduki gedung Kongres telah melakukan tindakan kekerasan. Mereka memecahkan jendela, dan mencoba menduduki kantor kongres.
ADVERTISEMENT
Biden menegaskan, tindakan tersebut mengancam keselamatan para pejabat.
Pendukung Presiden AS Donald Trump berkumpul di depan Gedung Capitol AS di Washington, Amerika Serikat. Foto: Stephanie Keith/Reuters

Washington DC Perpanjang Situasi Darurat Selama 15 Hari

Sementara itu, Wali Kota Washington DC, Muriel Bowser, memperpanjang situasi darurat selama 15 hari imbas kerusuhan tersebut.
Dengan keputusan itu, situasi darurat berlaku sampai inaugurasi Joe Biden dan Kamala Harris pada Rabu 20 Januari 2021.
"Massa yang menyerbu Capitol menginginkan untuk mengganggu proses di Kongres terkait penerimaan hasil pemilu elektoral," kata Bowser seperti dikutip dari CNN.
Beberapa orang diperkirakan akan melanjutkan protes berujung kekerasan sampai hari pelantikan," sambungnya.
Sebelumnya, Bowser sudah memberlakukan jam malam hingga Kamis (7/1/) pukul 06.00 pagi.
Matt Pottinger (kanan), pejabat keamanan Gedung Putih. Foto: Jonathan Ernst/REUTERS

Pejabat Keamanan Gedung Putih Mundur

Penyerbuan US Capitol membuat Deputi Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Matt Pottinger, mengundurkan diri.
ADVERTISEMENT
Pottinger mengikuti jejak rekannya yang terlebih mundur usai kerusuhan. Mereka di antaranya Kepala Staf Ibu Negara Melania Trump, Stephanie Grisham.
Menurut sumber Reuters, bos Pottinger yaitu Robert O'Brien, juga mempertimbangkan mundur. Saat bertugas di pemerintahan, Pottinger adalah sosok penting. Dia adalah tokoh utama penyusunan kebijakan AS terhadap China.
Joe Biden dan Kamala Harris menyapa pendukung saat akan menyampaikan Pidato kemenangan di Pemilu AS 2020 di di Wilmington, Delaware, pada Sabtu (7/11). Foto: POOL/REUTERS

Penyerbuan Massa Trump Tak Halangi Pengesahan Kemenangan Biden

ADVERTISEMENT
Upaya massa Trump untuk menjegal pengesahan kemenangan Biden di Kongres AS pada akhirnya tak berhasil.
Dalam rapat paripurna Kongres AS, Senat dan DPR sepakat menolak penghapusan suara elektoral dari Georgia dan Pennsylvania yang dimenangi Biden.
Dengan begitu, sertifikasi kemenangan Biden atas Trump telah disahkan. Rapat paripurna ini biasanya hanya sebuah pertemuan seremonial. Namun, acara itu sempat tertunda selama beberapa jam imbas penyerbuan oleh pendukung Trump.
ADVERTISEMENT
Setelah massa berhasil diusir keluar, rapat paripurna dilanjutkan pada pukul 20.00 waktu setempat. Rapat dipimpin Wapres Mike Pence yang juga menjabat Ketua Senat AS.
Dengan sertifikasi kemenangan tersebut, Joe Biden tinggal menunggu waktu untuk dilantik menjadi Presiden ke-46 AS pada 20 Januari 2021.
Pengunjuk rasa pro-Trump bentrok dengan polisi Capitol selama unjuk rasa untuk memperebutkan sertifikasi hasil pemilihan presiden AS 2020 oleh Kongres AS. Foto: REUTERS / Shannon Stapleton