FDA Sahkan Remdesivir Sebagai Obat Darurat untuk Pasien Virus Corona di AS

2 Mei 2020 6:38 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (US Food and Drug Administration/FDA) akhirnya mengesahkan penggunaan remdesivir sebagai obat darurat untuk pasien virus corona. Selain itu, obat itu masih dalam tahap uji coba untuk memerangi wabah Ebola.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Sabtu (2/5), Gilead Sciences Inc, perusahaan biofarmasi yang membuat remdesivir, telah bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Jumat (1/5). Pertemuan itu membahas pengesahan remdesivir sebagai obat darurat untuk pasien virus corona.
"Dengan rendah hati, ini menjadi langkah pertama yang penting bagi pasien yang dirawat di rumah sakit. Kami ingin memastikan tidak ada yang menghalangi pasien mendapatkan obat," kata Kepala Eksekutif Gilead Sciences, Daniel O'Day.
"Jadi kami membuat keputusan untuk menyumbangkan sekitar 1,5 juta botol (remdesivir)," tambahnya.
Dengan pengesahan penggunaan remdesivir, akan menjadi langkah mulus bagi Gilead untuk mendistribusikan obat itu ke seluruh rumah sakit di penjuru AS.
Daniel menambahkan, pemerintah AS juga telah meminta Gilead segera mendistribusikan remdesivir ke rumah sakit di kota yang terdampak parah pandemi COVID-19. Rumah sakit yang memiliki layanan intensif akan menjadi prioritas penerima remdesivir.
ADVERTISEMENT
Sebelum disahkan penggunaannya, remdesivir diyakini dapat menjadi obat untuk virus corona. Gilead kemudian menguji coba obat kepada 397 pasien untuk mengevaluasi keamanan dan kemanjuran remdesivir.
Dosis yang diberikan selama masing-masing 5 hari dan 10 hari kepada pasien rawat inap dengan gejala parah. Hasilnya, 62 persen pasien yang lebih dulu mendapatkan remdesivir bisa pulang dari rumah sakit lebih cepat.
Namun, remdesivir sempat gagal dalam uji coba tahap pertama kepada manusia yang dilakukan di China pekan kemarin. Hal itu diketahui setelah WHO mengunggah berkas laporan ke situs mereka, yang kemudian dihapus dengan alasan tidak sengaja ter-upload.
Dalam laporan uji klinis itu, para peneliti China disebut telah melakukan penelitian dari 237 pasien COVID-19. Sejumlah 158 pasien diberikan obat remdesivir, sedangkan 79 pasien lain hanya diberikan pil plasebo.
ADVERTISEMENT
-----
Simak panduan lengkap dalam menghadapi pandemi corona dalam Pusat Informasi Corona. Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.