Ferdinand Hutahaean Bicara Upaya Penggulingan AHY, Bela Moeldoko

2 Februari 2021 15:18 WIB
Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean di rumah SBY di Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (10/8/2018). Foto: Adhim Mugni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean di rumah SBY di Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (10/8/2018). Foto: Adhim Mugni/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyebut ada upaya mengambilalih secara paksa partai dengan menggulingkannya dari kursi ketum.
ADVERTISEMENT
Upaya itu disebut melibatkan pejabat terdekat Presiden Jokowi yakni KSP Moeldoko.
Menanggapi itu, eks kader Demokrat Ferdinand Hutahaean berpandangan seharusnya Demokrat tak perlu berlebihan menanggapi upaya kudeta pada AHY tersebut.
Menurutnya, upaya menjegal ketum partai sudah sering terjadi saat dirinya masih menjadi kader Demokrat.
"Isu kudeta ini bagi saya adalah sebuah gerakan yang tak patut direspon besar-besaran seperti itu oleh partai karena gerakan ini kan bukan gerakan baru, ini gerakan yang sudah lama dan dulu saya yang paling depan menjegal mereka ini," kata Ferdinand, Selasa (2/2).
"Faktanya mereka tak punya kapasitas dan kapabilitas untuk mewujudkan niat mereka kudeta terhadap pengurus yang sah. Saya juga kaget kenapa kok partai merespon ini berlebihan dan besar-besaran. Justru partai akhirnya membesarkan gerakan kecil yang semestinya tak perlu diladeni," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, menurut Ferdinand, tudingan Demokrat terkait keterlibatan Moeldoko dalam upaya kudeta Demokrat sangat tendensius dan berlebihan.
"Tuduhan partai kepada keterlibatan lingkaran dekat Jokowi dan katanya telah mendapat restu dari Jokowi adalah sesuatu yang tendensius dan berlebihan serta prematur. Saya yakin Jokowi tidak tidak mengetahui ini dan tidak terlibat sama sekali," ujarnya.
Ferdinand berpandangan tudingan itu melecehkan posisi Jokowi sebagai kepala negara. Sebab, menurutnya, tak ada alasan Jokowi merestui upaya kudeta Demokrat.
"Saya mengenal Jokowi sejak 2012, beliau ini tidak punya karakter pemecah belah dan tidak punya pemikiran mengganggu pihak lain. Maka itu saya tak percaya dan tak yakin akan keterlibatan Jokowi dalam hal ini," ujar Ferdinand.
"Itulah mengapa saya menyebut tuduhan itu berlebihan, prematur dan tendensius serta melecehkan posisi Jokowi sebagai Presiden yang tak mungkin mau melakukan hal seperti itu. Jokowi tidak punya alasan, tidak punya motif untuk terlibat dalam gerakan seperti itu atau merestui gerakan seperti itu," tandas dia.
ADVERTISEMENT