Filipina Dukung Australia Punya Kapal Selam Nuklir

21 September 2021 14:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin. Foto: Javier Lizon/AFP/POOL
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin. Foto: Javier Lizon/AFP/POOL
ADVERTISEMENT
Filipina menyatakan dukungannya atas pembentukan Pakta Pertahanan AUKUS oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Dengan adanya aliansi trilateral ini, Filipina berharap keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik dapat dipertahankan.
ADVERTISEMENT
Dengan dibentuknya AUKUS, Australia akan mampu mengembangkan setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi dari AS dan Inggris. Pembentukan AUKUS disebut bertujuan untuk menangkal pengaruh besar China di kawasan.
“Peningkatan kemampuan sekutu dalam memproyeksikan kekuatan akan mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan, bukan justru mendestabilisasi,” ujar Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin, pada Selasa (21/9).
Dikutip dari Reuters, Locsin menegaskan tindakan AUKUS ini tidak akan melanggar Traktat Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ Treaty) tahun 1995.
Sebab menurutnya, tak akan ada senjata nuklir yang benar-benar berlokasi di Asia Tenggara.
Namun, pendapat Filipina sangat kontras dengan pandangan negara tetangganya, yaitu Indonesia dan Malaysia.
Kedua negara telah mengungkapkan keprihatinan soal rencana kepemilikan nuklir oleh Australia di tengah memanasnya persaingan negara adidaya di kawasan Asia Tenggara.
Pulau Spratly di Laut China Selatan Foto: Dok. Wikimedia Commons
Ketegangan di kawasan Asia Tenggara telah lama disebabkan oleh konflik di Laut China Selatan (LCS). Filipina merupakan salah satu negara yang berseteru dengan China soal klaim wilayah di LCS.
ADVERTISEMENT
Sekutu-sekutu Barat diketahui secara rutin melakukan operasi “kebebasan navigasi” di LCS; sebuah operasi yang tidak disambut dengan baik oleh China.
China melihat tindakan sekutu Barat sebagai “campur tangan” di atas perairan yang mereka klaim sepenuhnya milik mereka.
Padahal, sejumlah wilayah LCS juga diklaim oleh beberapa negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina dan Vietnam.
“Kedekatan akan menghasilkan keringkasan dalam respons; dengan demikian meningkatkan kapasitas militer sahabat dan sekutu ASEAN untuk merespons ancaman atau tantangan terhadap status quo,” ujar Locsin tanpa merincikan ancaman yang dimaksud.
“Ini meliputi meningkatkan kapabilitas Australia, ditambah dengan sekutu militer utamanya, untuk meraih kalibrasi tersebut,” pungkas Locsin.