FSGI soal Muncul Klaster COVID-19 Akibat PTM: Harus Evaluasi Menyeluruh

26 September 2021 21:21 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyapa salah satu murid saat tinjau PTM terbatas di SMAN 19 Tangerang. Foto: Dok. KIP
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyapa salah satu murid saat tinjau PTM terbatas di SMAN 19 Tangerang. Foto: Dok. KIP
ADVERTISEMENT
Kemendikbudristek mengungkapkan, telah muncul klaster COVID-19 akibat pembelajaran tatap muka. Hanya saja, baru-baru ini mereka mengklarifikasi data itu karena data yang masuk belum diverifikasi menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Jumeri, mengatakan data yang beredar bukan menunjukkan klaster COVID-19 di sekolah.
Tetapi data satuan pendidikan yang melaporkan adanya warga sekolah yang pernah tertular COVID-19 dan itu merupakan akumulasi selama 14 bulan sejak Juli 2020.
Selain itu, data tersebut menurut Kemendikbud didapatkan dari laporan 46.500 satuan pendidikan yang mengisi survei dari Kemendikbudristek.
Namun, penularan COVID-19 belum tentu terjadi di satuan pendidikan. Sebab satuan pendidikan yang melapor itu ada yang sudah melaksanakan PTM terbatas dan ada yang belum.
Penjaga sekolah membersihkan ruang kelas SMAN 81 Jakarta Timur jelang penambahan sekolah yang menggelar pembelajar tatap muka (PTM) pada Senin, (13/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Menyikapi itu, Federasi Serikat Guru Indonesia, menyampaikan apresiasi atas keterbukaan dari Kemendikbudristek melalui Direktur Jenderal PAUD dan Pendidikan Dasar Menengah Kemendikbudristek, Jumeri.
ADVERTISEMENT
Sebab mereka telah menyampaikan sebanyak 2,8 persen atau 1.296 satuan pendidikan melaporkan warga sekolah yang terkonfirmasi COVID-19 selama PTM terbatas. Jumlah itu berdasarkan hasil survei terhadap 46.500 sekolah hingga 20 September 2021.
"FSGI menyampaikan keprihatinan atas kasus COVID-19 paling banyak terjadi di SD sebesar 2,78 persen atau 581 sekolah. Disusul, 252 PAUD, SMP sebanyak 241 sekolah. Kemudian SMA sebanyak 107 sekolah, SMK 70 sekolah, dan terakhir Sekolah Luar Biasa (SLB) sebanyak 13 sekolah. Namun, tidak diungkap sekolah tersebut tersebar di daerah mana saja," tulis keterangan pers FSGI, Minggu (26/9).
FSGI menyesalkan ribuan peserta didik dan pendidik/tenaga kependidikan yang terkonfirmasi COVID-19, mulai dari jenjang pendidikan PAUD sampai SMA/SMK, dengan kasusnya tertinggi di jenjang SD.
ADVERTISEMENT
Bila dijumlah dari PAUD sampai SMA/SMK termasuk SLB, maka yang terkonfirmasi COVID mulai dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan mencapai 19.153 orang.
"Ini angka yang sangat besar. PTM baru di gelar oleh 42% satuan pendidikan saja sudah tinggi kasus, apalagi jika PTM digelar serentak nantinya," tutur FSGI.
FSGI mengaku bingung dengan kebijakan pemerintah membuka sekolah PAUD dan SD, tetapi tidak membuka Perguruan Tinggi. Padahal mahasiswa umumnya sudah di vaksin dan perilaku mahasiwa lebih terkontrol.
Sedangkan peserta didik TK dan SD belum di vaksin dan perilaku usia itu sulit dikontrol sehingga rentan terjadi penularan.
Berkaca dari peristiwa ini, FSGI memberikan enam rekomendasi kepada pemerintah demi mencegah semakin banyak klaster COVID-19 akibat PTM.
Suasana pembelajaran tatap muka (PTM) di SMK PGRI 3 Denpasar, Bali, Selasa (21/9). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Berikut enam rekomendasi dari FSGI:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT