Gabung Jakpreneur Buat Pelaku UMKM Tetap Bertahan Meski Dihantam Pandemi
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Seperti yang dialami Utari Dayanuri (38) pada bisnis yogurt miliknya, Rumah Yogurt. Ia mengaku sempat kehilangan pelanggan-pelanggannya yang merupakan pekerja kantoran. Bahkan, karena pandemi, ia tidak bisa menjual produknya di bazar-bazar.
Mau tak mau, Utari harus mencari cara agar usahanya tetap berjalan. Akhirnya ia memutuskan untuk mengajak usaha kecil menengah (UKM) lain bergabung dengan usaha Rumah Yogurt miliknya, termasuk bagi UKM yang sudah bergabung dengan Jakpreneur. Total sudah ada 15 UKM yang bergabung dengan usaha miliknya.
"Jadi ambil ide kreatif, masukin produk dari UKM yang bagus. Jadi produk yang dijual di Rumah Yogurt lebih variatif dan lebih menarik untuk konsumen. Selain yogurt, ada produk frozen food, kue dan totalnya sekarang ada 30 macam produk," cerita Utari.
Ia mengaku melakukan tes kurasi makanan terlebih dahulu sebelum menggandeng UKM lain. Sebab, ia ingin memastikan kualitas dan cita rasanya sesuai dengan target pelanggannya.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, dalam tiga bulan terakhir, ia sudah merasakan perlahan usahanya mulai meningkat. Tak hanya itu, Utari juga sudah bisa mempromosikan dagangannya lewat bazar-bazar yang disediakan Pemprov DKI.
"Dalam tiga bulan terakhir sudah agak kelihatan menggeliat. Daya beli sudah mulai bangkit. Sudah ada bazar online, disediakan outlet-outlet untuk para UKM yang lulus kurasi. Namun, saya belum ambil outletnya, tapi terlihat sudah agak membaik," ucap dia.
"Tapi memang saat pandemi gini, kita sebagai pengusaha UKM harus putar otak supaya produk kita tetap menarik. Harus pintar cari produk yang membuat konsumen suka dan tertarik membelinya," imbuhnya.
Hal senada juga dialami pengusaha kopi organik Mozass Healthy Laboratory. Founder Mozass Healthy Laboratory, Carlo Mayer Mozass Putra (36) juga mengalami penurunan omzet akibat pandemi COVID-19. Carlo juga merupakan salah satu pengusaha usaha kecil menengah (UKM) binaan Jakpreneur yang sudah bergabung selama kurang lebih dua tahun.
ADVERTISEMENT
Didukung dengan berbagai program dan pelatihan dari Jakpreneur, ia tidak ingin menyerah. Agar usahanya tetap berjalan dan bahkan bisa menjajaki ekspor ke banyak negara, ia berkomunikasi dengan pihak-pihak dari luar negeri.
"Kalau omzet sejak pandemi, jujur tidak seperti dulu. Dulu satu bulan bisa mencapai belasan juta. Namun, saat pandemi seperti sekarang, dapat Rp 3-5 juta itu sudah bagus. Jualan melalui e-commerce dan ada juga meeting dengan pihak luar negeri untuk diekspor," cerita Carlo.
Di masa pandemi COVID-19 Carlo mengakui terjadi penurunan pembeli yang membeli produknya. Meski begitu, ia mencoba mengakali dengan menjual kopi bubuk yang lebih awet karena bersifat kering ketimbang berbentuk minuman jadi.
"Jadi pembeli lebih memilih membeli yang bubuk karena kering. Kalau minuman agak lebih susah. Untuk sekarang yang penting bagi saya bisa survive, tidak usah maksa ambil untung besar-besar,” kata dia.
Agar usahanya tetap berjalan, ia pun berusaha mencari produk mana yang paling diminati pelanggan, sehingga ia bisa lebih fokus pada produk tersebut untuk dipasarkan. Ia kemudian memilih green coffee atau bubuk kopi hijau organik.
ADVERTISEMENT
Jadi, Anda tertarik mencobanya?
==============
Ikuti survei kumparan dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveinews