Ganjar Pranowo Undang Veteran Naik ke Podium pada Upacara HUT ke-75 RI

17 Agustus 2020 11:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
M. Amin Munadjat, Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jateng, naik ke podium upacara HUT RI. Foto: dok. Pemprov Jateng
zoom-in-whitePerbesar
M. Amin Munadjat, Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jateng, naik ke podium upacara HUT RI. Foto: dok. Pemprov Jateng
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengadakan upacara HUT RI yang berbeda. Jika biasanya kehadiran para pejuang veteran kemerdekaan hanya sebagai undangan, pada upacara HUT RI tahun ini, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengundang salah satu veteran untuk naik ke podium inspektur upacara.
Awalnya, upacara HUT ke-75 RI berjalan seperti biasa di halaman kantor gubernur, Senin (17/8). Ganjar sebagai inspektur upacara membawakan amanat tentang sosok Mbah Padmo Darsono, warga Dusun Girpasang, Klaten. Di akhir pidatonya, Ganjar Pranowo menengok ke arah tamu undangan di belakangnya.
"Di ulang tahun ini rasanya sangat jarang kita mendengar apa kata veteran, apa yang dirasakan beliau. Dalam kesempatan yang baik ini saya mengundang senior kita, veteran kita untuk naik ke podium ini, saya persilahkan," kata Ganjar.
Sejumlah pejabat dan peserta upacara tampak terkejut dengan permintaan tersebut. Sebab, permintaan tersebut tidak ada dalam tata urutan upacara yang telah disusun.
Salah satu veteran kemudian berdiri dan berjalan ke arah Ganjar. Satu petugas upacara nampak menggandeng veteran itu yang diketahui bernama M. Amin Munadjat, Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jateng.
Sesampainya Munadjat di atas podium, Ganjar mempersilahkan Munadjat memberi pesan-pesan kemerdekaan.
Tak langsung memberi pesan, Munadjat justru mengomentari cerita Ganjar tentang Mbah Padmo.
"Kami sungguh mengapresiasi apa yang sudah Pak Gubernur lakukan terhadap masyarakat Jawa Tengah. Di tengah gemerlapnya Semarang, Bapak tidak lupa jauh di ujung sana, di puncak bukit, ada masyarakat kita yang sangat sederhana. Itu patut kita apresiasi," kata Munadjat.
Dalam pesan-pesannya, Munadjat menyatakan keprihatinan melihat melemahnya persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, hankam, dan agama menjadi bahan yang diperdebatkan secara berlebihan bahkan keluar dari konteksnya.
Menurutnya, perbedaan pandangan itu tak seharusnya menjadi perpecahan.
”Kita harus bersama, bersatu untuk mengatasi COVID-19 yang dampaknya sampai ke seluruh aspek kehidupan. Kita bangsa bhinneka dan kita harus menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya pedoman oleh setiap warga bangsa," ungkapnya.
Munadjat juga secara khusus menitipkan pesan pada Ganjar untuk terus menjaga persatuan, keguyuban, dan kerukunan warga.
“Kami tahu bapak sudah berbuat banyak untuk Jawa Tengah, namun mewakili teman-teman veteran kami titip agar jateng tetap terjaga persatuan kesatuannya, guyub rukun warganya, dijiwai nilai2 pancasila untuk menajdi bangsa yang tata tentrem kerta raharja,” ungkapnya.
Upacara Peringatan HUT ke-75 RI di lingkungan Provinsi Jawa Tengah sendiri digelar dengan sederhana. Peserta upacara tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya yang biasanya digelar meriah di Lapangan Pancasila, Simpanglima, Semarang. Tahun ini upacara hanya diikuti sebagian dari ASN Pemprov Jateng, perwakilan dari TNI-Polri, dan pelajar.
Sementara itu Ganjar Pranowo dalam amanatnya menyampaikan bagaimana kesederhanaan warga di Dusun Girpasang, Kabupaten Klaten. Ia bahkan belajar banyak dari seorang tokoh bernama Mbah Patmo Darsono yang sudah berusia sekitar 70 tahun tetap bersemangat dan selalu bersyukur tanpa mengeluh.
Ia juga mengutip nasihat Mbah Patmo yang relevan untuk seluruh masyarakat Jawa Tengah. Nasihat itu disampaikan dalam bahasa Jawa yaitu urip kui senajan abot tetep kudu dilakoni. Aja sambat lan aja ngeluh, aja mandhek sanajan dengkul wis ndredheg. Yang artinya, hidup itu meskipun berat tetap harus dijalani. Jangan mengeluh, jangan berhenti meskipun lutut sudah bergetar.
"Semangat dari Mbah Patmo untuk jangan mengeluh itu yang harus terus ada di dada kita. Menengok sanubari dan menakar kadar cinta kepada negeri. Tidak dari seberapa penting posisi atau tenarnya nama kita." kata Ganjar.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah