Ganjar Terkesima Sinci dengan Nama Gus Dur di Altar Pecinan Semarang

25 Januari 2020 0:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peringatan 7 tahun wafatnya Gus Dur Foto: Paula Bronstein
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan 7 tahun wafatnya Gus Dur Foto: Paula Bronstein
ADVERTISEMENT
Aura toleransi begitu terasa di Pecinan Semarang jelang Imlek. Altar mulai dibersihkan, begitu juga patung dewa-dewa yang berada di dalam altar.
ADVERTISEMENT
Persiapan Imlek juga terlihat di Gedung Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir 31, Semarang. Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata (Kopisemawis), Haryanto Salim, juga tampak sibuk membersihkan altar di aula gedung lantai satu dan dua.
Di lantai satu, terdapat 25 sinci yang salah satunya bertuliskan nama KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Lho, kok bisa?
Nama Gus Dur tertulis sebagai bentuk penghormatan atas sumbangsih Presiden ke-4 RI itu bagi warga etnis Tionghoa. Keberadaan sinci ini berguna untuk melacak silsilah leluhur, yakni yang ingin melihat keturunannya sampai ke tingkat paling awal menjadi mudah.
"Sinci yang berukir nama Gus Dur tersebut sudah ada di sini sejak enam tahun terakhir. Itu sudah sesuai persetujuan dari pihak keluarganya sebagai bentuk penghormatan tertinggi sebagai Bapak Tionghoa Indonesia," ungkap Haryanto.
Di dalam Griya Gusdur Foto: Muhammad Abdurrasyid/kumparan
Haryanto menuturkan, Gus Dur berperan besar dalam menghidupkan kembali tradisi kebudayaan khas Tionghoa yang sempat dilarang pada era Orde Baru. Gus Dur juga tidak pernah membeda-bedakan latar belakang agama seseorang dalam setiap kebijakannya.
ADVERTISEMENT
Gus Dur juga dinilai aktif membela hak-hak warga peranakan Tionghoa yang kerap dikebiri.
"Saat beliau masih hidup, segala sesuatu ngurus surat kependudukan dan lainnya selalu disamaratakan. Gus Dur sering ngasih nasehat dan arahan-arahan yang bijak. Gus Dur bisa mengembalikan hak hak orang Tionghoa dibandingkan zaman Presiden Soeharto kita banyak ditindas," tuturnya.
Berkat Gus Dur juga, kemeriahan perayaan Imlek jadi lebih semarak. Sebelumnya, pada masa Orde Baru, perayaan Imlek sempat dilarang dan hanya dirayakan tertutup di tiap rumah. Namun, berkat Gus Dur lah mereka bisa merayakan Imlek secara massal.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memantau persiapan Imlek di Gedung Rasa Dharma, Semarang. Foto: Dok. Pemprov Jawa Tengah
Kenangan atas Gus Dur ini juga begitu dirasakan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ganjar salut dengan kerukunan antarumat beragama yang terjadi berkat kebijakan Gus Dur.
ADVERTISEMENT
"Altarnya menarik. Ada juga prasasti saat Gus Dur sakit didoakan. Dan di atas altar itu ada nama-nama leluhur, yang menarik ada namanya Gus Dur," ujar Ganjar saat datang ke Gedung Rasa Dharma.
Ganjar juga sempat diajak memasuki altar sebelum dijamu makan siang oleh pengurus di sana. Ia terlihat beberapa kali mengambil foto Shinci dan prasasti doa untuk Gus Dur.
"Ini bagian atas sinci Gus Dur dibuat mirip seperti atap Masjid Agung Demak, ada tiga tingkat yang melambangkan iman, Islam dan Ihsan," kata dia.
Suasana toleransi yang sama juga dirasakan Ganjar saat menunaikan ibadah salat Jumat di masjid An-Nur Diponegoro. Masjid itu satu-satunya yang berdiri di kawasan yang sebagian besar warganya non-Muslim.
ADVERTISEMENT
"Inilah cara yang sebenarnya bertoleransi," pungkasnya.