Gatot Nurmantyo: Yang Dilakukan Moeldoko Tak Cerminkan Etika dan Moral Prajurit

16 Maret 2021 18:29 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panglima TNI Jenderal Moeldoko memamerkan jam tangan mewahnya kepada wartawan di Jakarta yang ia klaim palsu. Foto: STR / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Panglima TNI Jenderal Moeldoko memamerkan jam tangan mewahnya kepada wartawan di Jakarta yang ia klaim palsu. Foto: STR / AFP
ADVERTISEMENT
Eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyesalkan keputusan Kepala Staf Kepresidenan sekaligus seniornya di TNI, Moeldoko, yang menerima posisi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Sebagai sesama prajurit TNI, ia menilai sikap Moeldoko ini tidak sesuai dengan ajaran moral dan etika yang diajarkan semasa akademi militer.
"Saya ingin menggarisbawahi bahwa apa yang beliau [Moeldoko] lakukan sama sekali tidak mencerminkan kualitas etika, moral, dan kehormatan yang dimiliki seorang prajurit. Apa yang dilakukan bukan representasi dari kualitas etika dan moral prajurit TNI. Ingat ini, bukan representasi, kekhususan aja beliau," ucap Gatot dalam YouTube Bang Arief, yang diunggah ulang di Instagram Gatot, dikutip Selasa (16/3).
Padahal, sebagai sesama eks Panglima, Gatot menceritakan, selama ini prajurit TNI selalu diajarkan untuk pantang menyerah, bersemangat, tabah dan sabar ketika berjuang di medan perang. Bahkan, mereka juga harus rela mengorbankan nyawanya.
Gatot Nurmantyo Foto: Prabarini Kartika/kumparan
Namun, sikap yang ditunjukkan Moeldoko dalam upaya mengambil alih Partai Demokrat pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dinilai Gatot telah melewati batas. Sehingga, ia menganggap bisa menjatuhkan ajaran yang selama ini diberikan kepada setiap prajurit TNI.
ADVERTISEMENT
"Karena adanya perilaku vulgar dan terbuka yang melewati batas etika, moral, dan kehormatan yang dilakukan mantan prajurit TNI, semua atau prajurit dan purnawirawan dianggap memiliki karakter yang berlaku yang melewati batas, itu jangan sampai moral prajurit TNI terdegradasi karena tindakan seorang mantan Panglima TNI," tegas dia.
Meski begitu, Gatot sempat tidak menyangka ketika Moeldoko ikut terlibat dalam KLB Demokrat di Sibolangit tersebut. Apalagi, hubungan mereka sebagai senior-junior di akademi militer telah membuat keduanya banyak bekerja sama ketika masih aktif di TNI.
"Sekali lagi, saya tidak ingin masuk mencampuri sisi politik dari KLB tersebut," ucap presidium KAMI itu.
Moeldoko menyampaikan pidato perdana saat Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di The Hill Hotel Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara. Foto: Endi Ahmad/ANTARA FOTO
"Karena saya orang yang sangat menghormati mencintai demokrasi dan keadilan, yang di mana telah kita lihat dibangun pendahulu-pendahulu kita dengan susah payah. Yang sekarang kondisi demokrasi ini sedang tercoreng. Ini yang sangat benar-benar jadi perhatian dan prihatin bagi saya," tutup dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Gatot mengaku pernah ditawari seseorang untuk memimpin Demokrat dengan cara melengserkan AHY. Meski tidak dirinci siapa yang mengajaknya, namun dalam obrolan itu, Gatot ditawari skenario ganti AHY dengan cara lebih dulu mendorong mosi tidak percaya pada AHY. Setelah itu baru diganti.
Namun, Gatot menolak tawaran tersebut karena teringat pada jasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat masih menjabat sebagai Presiden RI.
"Gini loh, saya ini bisa naik bintang 1 bintang 2 taruhlah itu biasa. Tapi kalau saya naik bintang 3, itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti presiden tahu. Apalagi presidennya tentara waktu itu Pak SBY. Tidak sembarangan," beber Gatot, Minggu (7/3).
***
Saksikan video menarik di bawah ini.
ADVERTISEMENT