Gempa Kejutkan Warga Jakarta-Bogor, Bagaimana Kaitannya dengan Gunung Salak?

14 Desember 2023 7:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gempa bumi. Foto: Inked Pixels/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gempa bumi. Foto: Inked Pixels/shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gempa bumi berkekuatan 4,7 magnitudo, Kamis (14/12) pagi, gegerkan warga Bogor, Jakarta, dan sekitarnya. Ternyata pusatnya di Sukabumi.
ADVERTISEMENT
Di media sosial X, banyak yang mengaitkan dan mengkhawatirkan gempa ini dengan peningkatan aktivitas Gunung Salak.
Bagaimana faktanya?
Dikutip dari PVMBG, perkembangan aktivitas terkini Gunung api Salak meningkat sejak Jumat (8/12) dini hari. Hal ini dipicu salah satunya oleh gempa 4 magnitudo.
Gempa Tektonik Lokal mengalami peningkatan jumlah gempa di atas 4 kali kejadian perhari pada tanggal 6 Desember 2023 sebanyak 8 kejadian. 7 Desember 2023 sebanyak 7 kali kejadian dan 8 Desember 2023 sebanyak 7 kali kejadian.
Pengamatan visual periode 1 – 9 Desember 2023, Gunung api terlihat jelas hingga tertutup Kabut. Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah ke arah selatan. Suhu udara sekitar 22-32°C.
ADVERTISEMENT
Panorama Gunung Salak. Foto: Shutter Stock
Pengamatan kegempaan periode 1-9 Desember 2023, masih didominasi gempa Tektonik Jauh yang terekam sebanyak 31 kali kejadian dan gempa Tektonik Lokal sebanyak 22 kali kejadian. Gempa Vulkanik sebagai indikasi aktivitas G. Salak tidak terekam.
Meskipun dari kegempaan cenderung normal, namun tetap perlu diwaspadai terjadinya erupsi freatik, berupa semburan lumpur atau erupsi uap air (steam explosion) yang dapat terjadi tiba-tiba, pasca terjadinya kenaikan gempa Tektonik Lokal beberapa hari lalu.
Di musim hujan, tingkat kelembaban udara di sekitar kawah akan lebih tinggi, sehingga gas-gas vulkanik akan sulit terurai, yang menyebabkan konsentrasi gas-gasnya akan meningkat dan dapat membahayakan kehidupan.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka tingkat aktivitas Gunung Salak tidak mengalami peningkatan aktivitas vulkanik dan tetap berada pada Level I (Normal) dengan rekomendasi sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Tingkat aktivitas G. Salak dapat dievaluasi kembali jika terdapat perubahan aktivitas secara visual dan instrumental yang signifikan.
ADVERTISEMENT
"Erupsi terakhir G. Salak terjadi tahun 1938 berupa erupsi freatik dari Kawah Cikuluwung Putri. Sejak itu kegiatan terakhir hanya berupa bualan lumpur di Kawah Ratu dan Kawah Hirup serta tembusan solfatara dan fumarol di Kawah Ratu," tulis PVMBG.
Namun belum ada info terkini terkait apakah ada peningkatan aktivitas lagi akibat gempa 4,6 magnitudo di Sukabumi pagi ini. kumparan sudah coba mengontak pihak terkait tapi belum ada respons.