Gempuran Ancam Pembangkit Nuklir, Ukraina Serukan Zona Demiliterisasi
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Aktivitas militer dilarang di lokasi DMZ. Kepala Energoatom, Petro Kotin, turut mendesak pengerahan pasukan penjaga perdamaian.
Energoatom adalah perusahaan energi nuklir Ukraina yang mengoperasikan PLTN Zaporizhzhia. Hingga kini, teknisi negara tersebut masih menjalankan pabrik itu.
"Keputusan yang kami tuntut dari masyarakat dunia dan semua mitra kami adalah untuk menarik penjajah dari wilayah stasiun dan membuat zona demiliterisasi di wilayah stasiun," tutur Kotin, dikutip dari Reuters, Senin (8/8).
"Kehadiran pasukan penjaga perdamaian di zona ini dan pengalihan kendalinya kepada mereka, dan kemudian juga kendali stasiun ke pihak Ukraina akan menyelesaikan masalah ini," sambung dia.
Ukraina dan Rusia saling bertukar tuduhan atas serangan terbaru di PLTN Zaporizhzhia pada Minggu (7/8). Energoatom melaporkan, Rusia meluncurkan roket yang menyasar tong bahan bakar bekas di situs tersebut.
ADVERTISEMENT
Penembakan itu kemudian merusak tiga sensor radiasi. Kotin menggarisbawahi bahaya peluru yang mengenai wadah bahan bakar nuklir radioaktif bekas. Bila setidaknya dua kontainer pecah, skala bencana bahkan tak akan dapat diprediksi.
Pihaknya menambahkan, Rusia turut mencederai dua pekerja pabrik dalam serangan itu. Mereka lantas dirawat di rumah sakit akibat mendapati pecahan peluru.
Sementara itu, Rusia meyakini, Ukraina menembakkan bom tandan yang jatuh sekitar 400 meter dari reaktor nuklir. Serangan udara itu juga melanda gedung administrasi dan area penyimpanan pabrik.
Rusia menjelaskan, Ukraina telah merusak saluran listrik bertegangan tinggi. Akibatnya, situs itu terpaksa mengurangi produksi dua dari enam reaktornya untuk mencegah gangguan.
"Kami berharap negara-negara yang memiliki pengaruh mutlak pada kepemimpinan Ukraina untuk menggunakan pengaruh ini untuk menghentikan kelanjutan dari penembakan tersebut," jelas Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Usai jatuh ke tangan Rusia, pasukan Ukraina berupaya merebut kembali wilayah itu. Rusia juga sempat menduduki Chernobyl sesaat setelah meluncurkan invasi pada 24 Februari. Tetapi, pihaknya kemudian memutuskan untuk mundur pada akhir Maret.
ADVERTISEMENT
Chernobyl merupakan pusat bencana nuklir sipil terburuk di dunia ketika sebuah reaktor meledak. Kekhawatiran serupa kini semakin berkembang. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, lantas menyerukan akses ke PLTN Zaporizhzhia.
"Setiap serangan [terhadap] pembangkit nuklir adalah tindakan bunuh diri," tegas Guterres.
"Kami sepenuhnya mendukung IAEA [Badan Tenaga Atom Internasional] dalam semua upaya mereka yang berkaitan dengan menciptakan kondisi untuk stabilisasi pabrik," lanjutnya.