Gubernur Gorontalo Minta Jokowi Evaluasi Risma karena Sering Ngamuk

1 Oktober 2021 19:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie. Foto: Humas Pemprov Gorontalo
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie. Foto: Humas Pemprov Gorontalo
ADVERTISEMENT
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie menyoroti video ngamuknya Menteri Sosial Tri Rismaharini saat sedang rapat dengan pendamping program keluarga harapan (PKH) pada Kamis (30/9).
ADVERTISEMENT
Rusli meminta Presiden Jokowi untuk mengevaluasi kinerja Risma, khususnya terkait sikapnya yang emosional. Apalagi aksinya kadung viral dan buat heboh warga Gorontalo.
“Tolonglah, mumpung Pak Presiden juga bisa lihat di Youtube, di mana-mana karena sudah ribut. Memperingati stafnya karena seperti itu,” ujar Rusli, saat diwawancarai wartawan usai menghadiri acara Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Kinerja Pemerintah bertempat di Hotel Maqna, Jumat (1/10).
Rusli mengingatkan Risma untuk menjaga sikap di depan rakyat, terlebih saat berkunjung ke kampung orang. Menunjuk nunjuk dan memarahi seorang pendamping PKH dengan emosional membuat hati Rusli sedih.
“Pangkat, jabatan harus kita jaga. Tidak ada artinya pangkat ini semua kita tinggalkan. Kalau pun toh dia salah ya dikoreksi, di depan umum lagi,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Gubernur Rusli memperoleh informasi belakangan terkait marahnya Risma itu. Saat itu Mensos bersama pemerintah provinsi dan kabupaten kota sedang melakukan pemadanan data.
Gubernur Rusli di saat bersamaan sedang mendampingi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto ke Kabupaten Boalemo.
Salah satu pendamping PKH yang ditunjuk-tunjuk Risma menjelaskan ada warganya yang terdata tapi saldonya kini tidak pernah lagi terisi. Hal itu diduga membuat mantan Wali Kota Surabaya naik pitam.
“Pendamping PKH itu menyampaikan kepada ibu menteri ada nama nama ini saldonya kosong karena informasinya sudah dicoret. Itu yang bikin naik darahnya,” jelas Rusli.
“Boleh lah emosi tapi jangan kelakuan seperti itu dong. Itu pegawai saya meskipun dia pegawai rendahan tapi manusia juga. Saya alumni STKS, tahun 80-an sudah kenal menteri Nani Soedarsono, para Dirjen tapi tidak ada yang sikapnya begitu. Saya tersinggung, saya enggak terima,” ujar dia.
ADVERTISEMENT