Gubernur Lemhannas: IKN Rentan Terhadap Ancaman dari Udara
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Selama ini, pertahanan Indonesia cenderung berfokus pada pertahanan berbasis darat dengan mengandalkan strategi pertahanan mendalam (in-depth defense). Paradigma ini dinilai tidak lagi optimal karena tidak sejalan dengan posisi geografis serta topografi Ibu Kota Nusantara," kata Andi Widjajanto dalam orasi ilmiah dalam rangka HUT ke-57 Lemhannas, Kamis (19/5).
Andi secara khusus menyoroti wilayah udara IKN yang rentan terhadap serangan udara. Oleh sebab itu, wilayah udara di sekitar IKN harus diperkuat.
"Secara geografis, Nusantara memiliki kerentanan tinggi terhadap ancaman eksternal, khususnya yang bersumber dari udara. Oleh karena itu, kapasitas anti-access/area-denial (A2/AD) di sekitar IKN perlu diperkuat," jelas Andi.
Meski wilayah udara IKN rentan terhadap ancaman udara, Andi menyebut bukan berarti Indonesia tak bisa melakukan gelar pasukan di sana. Yang terpenting, lanjut dia, adalah bagaimana membentuk doktrin pertahanan IKN.
"Tidak berarti kita tidak akan melakukan gelar laut atau gelar darat. Tantangan terbesar adalah bagaimana kita membentuk segera doktrin pertahanan ibu kota, menggelar kekuatan darat, kekuatan laut, pada saat nanti peran utamanya bersifat airsentrik," ujar Andi.
ADVERTISEMENT
Andi juga mengingatkan bahwa Indonesia harus lebih mengedepankan prinsip forward presence untuk menjaga IKN dari sektor maritim. Selain itu, struktur topografi IKN mengharuskan sistem pertahanan darat harus diarahkan pada mobilitas strategis.
"Tantangan terbesar pembangunan IKN adalah memastikan Nusantara tidak merusak ekosistem di sekitarnya serta menjamin ketersediaan pendanaan," kata Andi.
"Guna memastikan pembangunan Nusantara berjalan sesuai target, dibutuhkan sinergi dari seluruh kementerian dan lembaga," tutup dia.