Guru Besar UI: Gas Air Mata Bisa Bikin Penyakit Kronik Berkepanjangan

10 Oktober 2022 9:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gas air mata semestinya digunakan untuk memecah masa di ruangan terbuka agar dampak dari senyawa di dalamnya tidak merusak tubuh. Senyawa gas air mata bisa membawa dampak kronik berkepanjangan.
ADVERTISEMENT
Tjandra Yoga, Akademisi dari Universitas YARSI menjelaskan, gas air mata dapat menimbulkan dampak akut yang segera timbul, pada kondisi tertentu bisa juga menyebabkan dampak kronik berkepanjangan.
“Walaupun dampak utama gas air mata adalah dampak akut yang segera timbul, ternyata pada keadaan tertentu dapat terjadi dampak kronik berkepanjangan,” ujar Tjandra dalam keterangan tertulisnya pada Senin (10/10).
Tjandra menambahkan, dampak kronik berkepanjangan ini akan lebih fatal jika gas air mata digunakan di ruangan tertutup.
“Hal ini terutama kalau paparan berkepanjangan, dalam dosis tinggi dan apalagi kalau di ruangan tertutup,” imbuh Guru Besar UI ini.
Adapun dampak instan yang ditimbulkan dari paparan gas air mata, Tjandra menjelaskan, adalah rasa perih di mata, pandangan kabur, rasa seperti tercekik, muka panas, dan tentu akan berdampak pada orang yang memiliki riwayat penyakit paru atau asma.
ADVERTISEMENT
Tjandra menjelaskan, pada keadaan tertentu, efek gas air mata tidak hanya menimbulkan perih di mata dan sesak saja, tapi juga bisa menimbulkan gawat nafas.
“Gejala akutnya di paru dan saluran napas dapat berupa dada berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik, batuk, bising mengi, dan sesak napas. Pada keadaan tertentu dapat terjadi gawat napas (respiratory distress),” terangnya.
Korban tragedi Kanjuruhan, Malang juga merasakan dampak dari gas air mata. Selain dari sesak napas, korban juga terdampak ke organ mata. Banyak korban yang matanya memerah hingga bagian dalam.
“Luka yang paling parah dan memilukan itu ada di bagian mata mereka, sampai-sampai berwarna merah darah. Sebagian dari mereka juga masih mengalami trauma dan sesak napas,” kata anggota TGIPF, Doni Monardo, Minggu (9/10).
ADVERTISEMENT