news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Gus Yahya: Agama Berhenti jadi Bagian Masalah dan Mulai Jadi Solusi

27 Agustus 2022 13:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KH Yahya Cholil Staquf dalam serial Inspirasi Ramadan 2022 bertajuk "Inspirasi Keteladanan Gus Dur" yang ditayangkan melalui akun Youtube BKN PDI Perjuangan, Selasa (5/4/2022). Foto: Dok. PDIP
zoom-in-whitePerbesar
KH Yahya Cholil Staquf dalam serial Inspirasi Ramadan 2022 bertajuk "Inspirasi Keteladanan Gus Dur" yang ditayangkan melalui akun Youtube BKN PDI Perjuangan, Selasa (5/4/2022). Foto: Dok. PDIP
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya berharap agar agama tidak lagi menjadi bagian atau justru menjadi pemicu masalah. Di sisi lain, agama menurutnya harus mejadi solusi bagi permasalahan bangsa.
ADVERTISEMENT
"Ketegangan agama berpotensi menjadi bagian dari masalah. Di sisi lain masyarakat punya tuntutan untuk dikedepankan, dikuatkan, sendi-sendiri moral dalam kehidupan," kata Gus Yahya dalam seminar nasional di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu (27/8).
Menurutnya kelompok masyarakat yang menginginkan supremasi agama di Indonesia masih cukup banyak. Sehingga perlu strategi khusus agar agama mengedepankan nilai-nilai kesetaraan.
"Yang kita butuhkan ke depan adalah bagaimana kita bangun strategi supaya agama berhenti menjadi bagian dari masalah. Supaya agama tidak bikin masalah lagi. Bahwa agama ini harus mengadopsi nilai-nilai tentang kesetaraan kelompok yang absolut ini, tanpa ada keinginan untuk bangun supremasi," ujarnya.
Menurut survei yang ia kutip dari Alvara Institut, Yahya menyebut mayoritas penduduk Indonesia menginginkan agar ada supremasi agama dalam sistem politik.
ADVERTISEMENT
"Dari salah satu survei tahun 2019, Alvara Institut, suku-suku percaya Pancasila dan kesetaraan tanpa sekat identitas di antara masyarakat kita ini hanya 39,43 persen. 18 persen masih menginginkan negara khilafah, dan percaya kekerasan untuk amar maruf nahi mungkar. Yang 42 persen mereka percaya Islam ini harus damai, ramah, tapi mereka menginginkan ada formalisasi apa yang diklaim sebagai nilai-nilai agama," kata Yahya.
Yahya mengakui bahwa keinginan masyarakat untuk menjadikan agama Islam yang diformalkan dalam politik pemerintahan sebagai masalah besar.