Gus Yasin: Risiko Penularan COVID-19 di Pesantren Cepat, Perlu Sosialisasi Masif

22 Juli 2020 23:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin menggendong putra keempatnya. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin menggendong putra keempatnya. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, tak menampik risiko penularan COVID-19 di pesantren sangat tinggi. Sebab pesantren bisa dihuni sampai ribuan santri. Apabila tak disiplin, corona bisa menular dengan cepat.
ADVERTISEMENT
"Kami dari pemerintah memang, ponpes ini ada kemungkinan besar, ada satu yang terpapar bisa cepat penularannya. Karena memang masyarakat pesantren tak sedikit," ujar Gus Yasin pada Rabu (22/7).
"Jateng ada 200.000 (santri). Kita tahu tempatnya seperti itu. Maka berhati-hati kita pilah-pilih dan kedisiplinan warga pesantren," tambahnya.
Aktivitaa santri di Pondok Pesantren Ali Maksum, Krapyak, Sewon, Kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Jika tidak disiplin, kata Gus Yasin, pondok pesantren bisa jadi klaster atau transmisi lokal penularan COVID-19. Sebagai langkah pencegahan, pembentukan Jogo Santri hingga mengubah kebiasaan salaman menjadi salah satu upaya mencegah penularan yang digalakkan Pemprov Jawa Tengah.
“Pemerintah menyampaikan (kebijakan), tapi dari komunitas Ponpes ini harusnya saling mengingatkan. Sehingga bisa segera terbentuk gugus santri. Pesantren-pesantren kita edukasi,” ucap Gus Yasin.
Meski begitu, Gus Yasin menyebut risiko penerapan protokol kesehatan di pesantren, hampir sama dengan masyarakat pada umumnya. Diperlukan sosialisasi yang masif.
ADVERTISEMENT
“Sama halnya, ponpes dan masyarakat. Edukasi tak serta merta langsung bisa. Di jalan juga banyak yang tak pakai masker, berkerumun dan lainnya. Ini sama, di pondok pesantren juga. Maka harus masif, sosialisasikan tertular COVID-19 ini salah satu penyebabnya salaman, lalu kerumun,” tutur dia.

Banyak Pesantren Mulai Ubah Kebiasaan

Taj Yasin menerangkan, tak sedikit pesantren di Jawa Tengah yang mulai mengubah kebiasaan salaman antara santri dengan kiainya. Salaman diganti dengan salaman Bil Qolbi.
“Dalam Islam ada istilah salaman Bil Qolbi. Salaman dengan hati. Cukup kita letakkan tangan di dada, berhadapan. Itu mari kita praktikkan saat ini,” kata Yasin.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen Zubair. Foto: Afiati Tsalitsati/Kumparan
Gus Yasin optimistis, adanya gugus tugas di pesantren atau Jogo Santri akan efektif dalam mendisiplinkan protokol kesehatan dan menekan penularan COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Jogo santri relatif membantu kita. Memang kita perlu edukasi para santri, pengurus untuk penerapan-penerapan jogo santri. Sebenarnya sama dengan jogo tonggo, tapi biar lebih nyaman di pesantren. Isinya sama sih. Bagaimana kesehatan, lalu ekonomi tumbuh dengan adanya santri. Dulu bebas masuk, sekarang siapa aja,” tutup Yasin.