Habis Sontoloyo Terbitlah Genderuwo

9 November 2018 16:02 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masyarakat Tegal foto bersama dengan Jokowi di acara Pembagian Sertifikat Tanah untuk Rakyat di Tegal, Jumat (9/11/2018). (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat Tegal foto bersama dengan Jokowi di acara Pembagian Sertifikat Tanah untuk Rakyat di Tegal, Jumat (9/11/2018). (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
ADVERTISEMENT
Habis sontoloyo terbitlah genderuwo, itulah pernyataan Presiden Joko Widodo yang kembali menyinggung politikus-politikus Tanah Air yang menurutnya hanya menakuti rakyat. Sebutan politik genderuwo itu disampaikan Jokowi saat membagikan sertifikat tanah di Tegal, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Sebelum politik genderuwo, Jokowi juga pernah menyebut politik sontoloyo untuk menggambarkan kondisi politik yang tidak sehat dan sudah begitu lama dipraktikkan di Indonesia. Alhasil kesan Jokowi yang santun kini bergeser menjadi sosok yang sedikit galak dengan berbagai ucapan-ucapan nyeleneh-nya.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengakui ada perbedaan yang cukup drastis dari gaya komunikasi Jokowi dibandingkan saat awal-awal menjabat sebagai presiden. Ia menjelaskan, sebenarnya Jokowi tidak perlu berkomentar seperti politik sontoloyo atau politik genderuwo karena hal itu akan merugikan dirinya sendiri.
"Memang benar-benar berubah ya gaya komunikasi seorang Jokowi dibandingkan tahun 2014 pada saat pertama kali menjabat sebagai presiden. Komentar dia yang berseloroh, menurut saya hal yang tidak perlu dikomentarin tapi dikomentarin karena misal soal sontoloyo, genderuwo, hal-hal seperti itu sebenarnya tidak perlu diucapkan oleh seorang Jokowi," ujar Hendri saat dihubungi, Jumat (11/9).
ADVERTISEMENT
Jika hal tersebut terus dilakukan Jokowi maka image yang terbangun tidak berbeda dengan para politisi kebanyakan yang suka mengomentari berbagai hal. Padahal selama ini Jokowi sudah cukup baik membangun citra dirinya sebagai seorang presiden yang bekerja membangun negara dan memakmurkan rakyatnya.
"Citra yang dia miliki itu sudah seorang pekerja dengan dia berkomentar hal-hal yang remeh temeh membuat citra dia lebih dekat kepada seorang politisi bukan pekerja, ini akan membingungkan pendukung dia kenapa Pak Jokowi berkomentar sesuatu yang sebetulnya dia enggak komentarin juga enggak apa-apa," tuturnya.
Presiden Jokowi resmikan tol Pejagan-Pemalang dan Pemalang-Batang. (Foto: Dok. Rusman/Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi resmikan tol Pejagan-Pemalang dan Pemalang-Batang. (Foto: Dok. Rusman/Biro Pers Setpres)
Ia menyarankan agar Jokowi segera mengubah gaya komunikasinya yang kerap menimbulkan blunder dan secara perlahan bisa menggerus elektabilitasnya. Sebaiknya, kata dia, Jokowi cukup menyampaikan kepada publik rencana-rencana kerja yang akan dilakukannya ketika dipercaya lagi memimpin untuk periode kedua dan hasil-hasil kerjanya selama periode pertama menjabat.
ADVERTISEMENT
"Kesannya dia dalam keadaaan tertekan, panik, padahal Jokowi punya elektabilitas jauh lebih bagus dari Prabowo, hasil kerja lebih banyak yang bisa dibanggakan. Menurut saya enggak perlu akhirnya membuat polemik, membuat pergunjingan masyarakat kemudian membuat popularitas genderuwo ini sekarang naik," pungkasnya.